"Karena caranya dianggap curang atau kalau bahasa yang lebih keras orang bilang culas. Ibaratnya kalau main bola supaya gol nendangnya gawangnya dipindah," ujarnya.
Di sisi lain, meski kini ramai menuai ejekan karena dinilai merusak demokrasi. Survei Jokowi dalam hal kepuasan publik itu masih sangat tinggi. Sangat berbeda Presiden SBY jelang lengser.
Menurut BHM, tingginya survei kepuasan publik pada Jokowi karena survei dilakukan pada mayoritas penerima bantuan sosial. Dan salah satu kecerdikan Jokowi dalam mengakali survei ini dia bilang pada BPS kalau survei harus dilakukan setelah kegiatan bansos.
Sementara bagi masyarakat yang tidak menerima bansos. Mereka merasakan ekonomi makin susah. Susah cari kerja, gelombang PHK.
Itu sebabnya, banyak pakar politik mengatakan Jokowi itu seorang Machiaveli. Menghalalkan segala cara untuk sebuah kekuasaan tapi populis.
"Seperti Eva Peron di Argentina yang terkenal lewat lagu Don't Cry for Me Argentina. Argentina itu dari negara yang termasuk tujuh terkaya di dunia sampai menjadi sekarang negara Latin miskin. Sudah bangkrut dua kali. Karena Peron membuat kebijakan-kebijakan yang membuatnya sangat populer di kalangan rakyat miskin. Sehingga negara itu jadi bangkrut," ungkap BHM.
BHM menyebut kondisi yang ditinggalkan Jokowi menjadi ujian kepemimpinan bagi Prabowo.