Si Mian Fo dipercaya sebagai Brahma Vihara, Pencipta dan Penguasa dunia. Ia mewakili empat ajaran Dewa Brahma atau Dhamma, yaitu Metta (Cinta Kasih), Karuna (Welas Asih), Muditta (Rasa Simpati), dan Upekkha (Keseimbangan Batin).
Wakil Kepala Kuil Wat Paknam Phasi Charoen, Bikkhu Tanjaokhunpra Srisompoht, menegaskan pentingnya pemahaman ajaran Dhamma. “Saya berharap umat tidak hanya berdoa, tetapi juga memahami makna empat ajaran Brahma Vihara, terutama Metta yang merupakan inti dari semuanya,” tuturnya dalam wawancara.
Ketua Cetiya Si Mian Fo PIK, Parlin, berbagi pengalaman imannya dalam mempersiapkan peresmian ini. Ia merasakan panggilan khusus untuk mengelola cetiya setelah kunjungannya ke Bangkok.
Natalia Kusumo, dalam sambutannya, menyoroti pentingnya mempererat hubungan antara Indonesia dan Thailand. “Kami berharap kehadiran Si Mian Fo dapat menarik wisatawan mancanegara dan memperkuat hubungan kedua negara,” ungkapnya.
Dengan diresmikannya Sarana Ibadah Si Mian Fo, umat Buddha di PIK dan sekitarnya kini memiliki akses yang lebih mudah untuk beribadah. Tempat ini diharapkan menjadi simbol perdamaian, cinta kasih, dan kerukunan antar umat beragama.