Ntvnews.id, Jakarta — Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara menyampaikan bahwa program Ekspedisi Patriot akan berlanjut pada tahun 2026, dengan fokus menghasilkan studi kelayakan (feasibility study) yang dapat menjadi acuan bagi para calon investor di kawasan transmigrasi.
Tahun ini, Ekspedisi Patriot diikuti oleh 2.000 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan dosen senior dari tujuh universitas. Mereka diterjunkan untuk melakukan pemetaan dan riset potensi ekonomi di 154 kawasan transmigrasi di seluruh Indonesia.
“Harapannya tahun depan, beberapa lokasi yang akan kita kembangkan, nanti kita kirim tim ekspedisi yang kedua untuk feasibility study. Feasibility study yang tahun depan itu harus ready to offer kepada para investor,” kata Iftitah saat ditemui ANTARA di Antara Heritage Center (AHC), Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025.
Ia menjelaskan bahwa tim ekspedisi gelombang pertama yang baru saja diterjunkan kini tengah melakukan riset dengan keluaran berupa pra-feasibility study, dan akan bertugas hingga Desember 2025.
Baca Juga: Mentrans Optimalkan Transmigrasi Berbasis Riset Lewat Program Ekspedisi Patriot
Menurut Iftitah, hasil feasibility study tahun depan akan memberikan gambaran menyeluruh bagi investor sebelum menanamkan modal di kawasan transmigrasi.
“Feasibility study, jadi sudah dihitung. Kalau di situ dibangun industri apa, kemudian kira-kira nilai investasinya berapa, kemudian risiko kerugian dan mitigasinya seperti apa, profitnya seperti apa, akan membuka lebih banyak lapangan kerja berapa,” jelasnya.
Selain melanjutkan program Ekspedisi Patriot, Kementerian Transmigrasi (Kementrans) juga akan meluncurkan Beasiswa Patriot pada tahun depan. Program ini ditujukan bagi mahasiswa jenjang magister (S2).
“Mereka akan terdaftar di perguruan tinggi terbaik di Indonesia, tetapi kuliahnya di kawasan transmigrasi. Jadi menggunakan metode pendidikan jarak jauh, hybrid,” kata Iftitah.
Lebih lanjut, Kementrans juga berencana membangun Kampus Patriot mulai tahun depan dengan lokasi utama di Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau, serta di Salor, Kabupaten Merauke, Papua Selatan.
Baca Juga: Tim Ekspedisi Patriot di Papua Usulkan Kelapa Kopra Sebagai Komoditas Unggulan
“Kami juga sedang hitung yang ketiga ini di Sulawesi (tengah mempertimbangkan pembangunan Kampus Patriot di Sulawesi), antara Sulawesi Barat atau Sulawesi Tengah. Saya juga berkeinginan agar dibangun di Lombok, NTB, dan di NTT. Tapi kami terus berhitung menyangkut masalah troubleshooting, atau kalau terjadi apa-apa, evakuasinya seperti apa,” ungkapnya.
Iftitah menegaskan bahwa pembangunan kampus akan dilakukan dengan memperhatikan kesiapan ekosistem di sekitar kawasan tersebut.
“Jadi bukan hanya sekedar mendirikan kampus, tapi juga memastikan ekosistemnya cukup mendukung. Agar ekosistemnya itu terbentuk makin baik, makin baik, dan makin berkembang,” ujar dia.
Bangunan fisik Kampus Patriot nantinya akan menggunakan modular box atau semipermanen, namun tetap mengedepankan kenyamanan untuk belajar.
“Harus ada lingkungan yang memadai. Fasilitas-fasilitas minimal wajib dipenuhi agar kegiatan belajar dan riset bisa berjalan optimal,” tambahnya.
(Sumber: Antara)
Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara menjawab pertanyaan media dalam wawancara cegat (doorstop) di Antara Heritage Center (AHC), Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025. (ANTARA/Rizka Khaerunnisa) (Antara)