Baca Juga: Nio ET9, Sedan Listrik Seharga Rp1,81 Miliar Ludes Terjual 999 Unit Hanya Beberapa Jam Usai Dirilis
China juga semakin mengintensifkan retorikanya mengenai potensi sanksi Korea terhadap kendaraan listrik asal China. Media yang dikendalikan pemerintah China menilai kebijakan semacam itu pada akhirnya akan merugikan kepentingan perusahaan dan warga negara Korea.
Profesor Lee juga mengungkapkan sangat kecil kemungkinan Korea akan mengenakan tarif atau regulasi keras terhadap kendaraan listrik buatan China, mengingat situasi politik di negara tersebut saat ini.
"Partai Demokratik Korea, yang merupakan oposisi utama, lebih mendukung kebijakan yang pro-China, sehingga akan sulit bagi pemerintah untuk melanjutkan kebijakan semacam itu," kata Profesor Lee.
Data dari Asosiasi Perdagangan Internasional Korea menunjukkan pada 2023, Korea memiliki ketergantungan ekspor terhadap Chinaa sebesar 19,7 persen, menjadikannya yang tertinggi di dunia. Sementara itu, ketergantungan Korea terhadap AS tercatat sebesar 18,3 persen pada periode yang sama.
Pejabat industri mengungkapkan Korea tidak bisa mengikuti langkah AS atau Uni Eropa dalam hal regulasi terhadap China, karena ekonomi Korea akan sangat terpengaruh dalam skenario seperti itu.
"Meskipun kebijakan ini menunjukkan arah yang benar di tengah meningkatnya proteksionisme global pasca kepresidenan Donald Trump, ekonomi Korea rentan terhadap perubahan eksternal karena ketergantungannya pada perdagangan internasional," kata seorang pejabat industri otomotif.