Ntvnews.id, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan pembicaraan telepon dengan Kamboja dan Thailand pada Jumat 14 November 2025.
Hal tersebut untuk meredakan ketegangan di perbatasan yang mengancam perdamaian rapuh di antara dua negara Asia Tenggara itu.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Trump juga berkoordinasi dengan Malaysia guna membantu mengakhiri kekerasan.
Pejabat itu tidak menyebutkan lawan bicara Trump, tetapi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengaku berbicara dengan Trump dan "menegaskan bahwa kedua negara telah menarik pasukan militernya dari perbatasan, sesuai pendekatan dalam Kerangka Perjanjian Perdamaian Kuala Lumpur."
Baca juga: Trump Bakal Jual Jet Tempur F-35 ke Saudi, Intelijen AS Khawatir Teknologi Bocor ke China
"Karena itu, saya menyambut peran aktif Presiden Trump, yang juga menghubungi Perdana Menteri Kamboja dan Thailand untuk memastikan setiap perbedaan ditangani secara tertib demi menjaga stabilitas dan harmoni kawasan," ujarnya di platform X.
"Oleh karena itu, saya menyambut baik peran aktif Presiden Trump, yang juga telah menghubungi Perdana Menteri Kamboja dan Thailand untuk memastikan bahwa setiap perbedaan ditangani secara tertib, guna menjamin stabilitas dan harmoni regional," kata sang pejabat di platform X.
Pada Rabu, seorang warga sipil tewas dan tiga lainnya luka-luka dalam bentrokan di perbatasan Thailand-Kamboja. Kedua pihak saling menyalahkan, hanya beberapa hari setelah Thailand menangguhkan pakta perdamaian.
Kamboja mengevakuasi ratusan penduduk dari desa Prey Chan setelah insiden tersebut, kata juru bicara provinsi Norng Vuthy kepada wartawan pada Kamis, menurut CamboJA News.
Baca juga: Trump Dorong Normalisasi Hubungan Saudi-Israel Usai Perang Gaza
Tentara Kerajaan Thailand membantah pasukannya terlibat "penembakan tak beralasan" dan mengatakan bahwa tentara Kamboja telah "menembakkan senjata ke wilayah Thailand."
Pasukan Thailand "berlindung dan membalas tembakan ke arah sumber hanya dengan menggunakan kekuatan yang diperlukan sesuai dengan aturan keterlibatan untuk meredam insiden, melindungi kedaulatan nasional, dan memastikan keselamatan personel," kata militer Thailand. (Sumber:Antara)
Arsip - Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (ANTARA)