Desainer Otomotif Ternama Manfaatkan AI, Rancang Konsep Lexus EV dalam Sehari

Ntvnews.id, Jakarta - Kecerdasan buatan (AI) semakin merevolusi industri otomotif, khususnya dalam proses desain kendaraan. 

Teknologi ini mampu memangkas waktu pengembangan sekaligus menyederhanakan alur kerja yang sebelumnya rumit dan memakan waktu.

Didorong oleh rasa ingin tahu terhadap potensi AI, seorang desainer otomotif profesional menantang dirinya untuk menciptakan sebuah mobil konsep secara utuh hanya dalam waktu 24 jam. 

Seperti dilaporkan Carscoops, Minggu (14/12/2025), prosesnya dimulai dari beberapa sketsa tangan sederhana, lalu berkembang hingga menjadi rendering fotorealistik beresolusi tinggi yang sepenuhnya dihasilkan dengan bantuan AI.

Desainer tersebut adalah Antonin Cohen (@space_sketch di Instagram), seorang desainer otomotif asal Prancis yang saat ini bekerja di Ford Eropa, Cologne, Jerman. 

Sebelumnya, dia sempat berkarier di Kia dan terlibat dalam pengembangan desain Kia Sportage generasi kelima sebelum facelift.

Dalam wawancaranya dengan Carscoops, Cohen mengungkapkan bila awalnya dia bukan penggemar AI. 

Namun, pandangannya berubah setelah dia benar-benar mengeksplorasi kemampuan teknologi tersebut. 

Menurutnya, AI memungkinkan pembuatan rendering yang sangat realistis dari berbagai sudut pandang, sekaligus memudahkan eksplorasi warna, material, dan lingkungan secara cepat.

"Ini adalah cara yang jauh lebih efisien untuk mengomunikasikan dan mengevaluasi konsep awal tanpa harus terjebak dalam proses manual yang panjang," jelasnya.

Konsep Lexus Digital Futuristik

Cohen menerapkan eksperimennya pada proyek pribadi berupa mobil listrik futuristik bermerek Lexus. 

Dia memulai dengan dua sketsa tampilan seperempat bagian depan dan belakang sebuah hatchback tiga pintu yang rendah dan ramping. 

Dari titik tersebut, AI kemudian mengembangkan visual lengkap berdasarkan arahan kreatif yang ia berikan.

Hasilnya adalah sebuah hatchback kompak tiga pintu dengan postur aerodinamis. Bagian depan yang pendek dipadukan dengan kaca depan sangat landai ala supercar dan lampu LED rendah, menciptakan kesan agresif dan sporty. 

Seorang desainer Ford menciptakan konsep Lexus EV menggunakan perangkat AI. (Foto: Istimewa via Carscoops)

Profil sampingnya menampilkan lengkungan roda tegas serta lubang udara berpahat yang menegaskan karakter performa.

Di bagian belakang, konsep ini dilengkapi kanopi kaca, lampu belakang LED tipis, serta diffuser serat karbon yang agresif. 

Cohen menggambarkan desainnya memiliki kesan "robotik" dan berkarakter kuat, dengan pilar C menyerupai lengan yang menyatukan bentuk keseluruhan, serta buritan yang terlihat praktis dan kokoh.

Realisme Tinggi hingga Detail Interior

Tingkat realisme rendering AI yang dihasilkan begitu tinggi hingga sulit dibedakan dari foto asli. Pantulan cahaya, tekstur material, dan penataan visualnya menyerupai hasil pemotretan profesional.

Cohen bahkan menciptakan visual "di balik layer" berupa karakter manusia AI yang seolah tengah menyiapkan mobil untuk sesi pemotretan pers. 

Konsep Lexus ini tampil mencolok dengan warna oranye tua yang dikombinasikan atap, pilar, aksen, dan roda berwarna hitam.

Beberapa gambar juga menampilkan interior mobil, dengan kokpit digital luas dan konsol tengah miring. 

Terdapat dua pendekatan desain interior: satu dengan nuansa putih minimalis bergaya kulit, dan lainnya mengombinasikan pelapis biru bertekstur dengan aksen kayu.

AI sebagai Alat Pendukung Kreativitas

Meski sepenuhnya digital, konsep Lexus ini menunjukkan bagaimana AI dapat menjadi alat pendukung kreativitas, bukan pengganti peran desainer. 

Dengan pemanfaatan yang tepat, AI membantu mempercepat visualisasi ide dan memperkaya detail konsep sejak tahap awal.

"AI membuat kami bisa fokus pada sisi kreatif tanpa terlalu banyak waktu dihabiskan untuk rendering," ujar Cohen. 

"Saya menyukai ilustrasi manual, tetapi dalam dunia nyata, waktu sering kali terbatas," lanjutnya.

Dia pun berpesan kepada desainer muda bila kualitas sebuah desain tidak ditentukan oleh detail teknis semata. 

"Yang paling penting adalah beberapa garis pertama. Bukan seberapa realistis refleksinya atau berapa lama Anda menggambar roda, tetapi ide awal yang kuat," tukas Cohen.