Ntvnews.id, Jakarta - Sekelompok pendaki berhasil menaklukkan puncak Gunung Everest dan kembali ke basecamp hanya dalam waktu lima hari—pencapaian luar biasa yang melibatkan penggunaan gas khusus untuk mempercepat proses aklimatisasi di gunung tertinggi di dunia.
Dilansir dari AP, Jumat, 30 Mei 2025, empat pendaki asal Inggris yang tergabung dalam ekspedisi Furtenbach Adventures, sebuah operator pendakian asal Austria, berhasil mencapai ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut dalam waktu yang sangat singkat.
Uniknya, mereka tidak menghabiskan waktu di Kathmandu untuk aklimatisasi, maupun melakukan proses adaptasi di ketinggian sebagaimana yang lazim dilakukan.
Secara umum, mendaki Everest membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan untuk memungkinkan tubuh menyesuaikan diri dengan kadar oksigen rendah dan tekanan udara tinggi. Namun, tim ini mempersingkat proses tersebut dengan bantuan teknologi dan gas Xenon.
Rombongan ini berangkat dari London pada 16 Mei, memulai pendakian pada 21 Mei, dan telah kembali ke rumah hanya dua hari kemudian. Pendakian ini menjadi salah satu yang tercepat dalam sejarah, termasuk durasi perjalanan dari dan kembali ke negara asal mereka.
Baca Juga: Nepal Bakal Buat Aturan Baru Muncak ke Everest, Apa Itu?
Gas Xenon digunakan dalam proses persiapan pendakian. Menurut Lukas Furtenbach, penggunaan gas ini bersama teknologi canggih tidak hanya mempercepat pendakian, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan karena sampah dan limbah menjadi lebih sedikit.
"Tujuan utama kami memakai Xenon adalah untuk meningkatkan keselamatan dan melindungi pendaki dari risiko penyakit ketinggian," ujar Furtenbach di Kathmandu saat timnya kembali dari ekspedisi.
Ia menambahkan bahwa setiap tahun selalu ada korban jiwa di Everest, dan metode ini berpotensi menjadi langkah preventif agar pendakian lebih aman di masa depan.
Furtenbach juga menjelaskan bahwa para pendaki telah melakukan latihan intensif selama berbulan-bulan, termasuk berlatih di tenda hipoksia dan menjalani terapi Xenon di sebuah klinik di Jerman dua minggu sebelum berangkat ke Nepal.
Meski metode ini mendapat pujian karena efisiensi dan dampaknya yang ramah lingkungan, ia juga menimbulkan kontroversi dan kekhawatiran. Pemerintah Nepal berencana menyelidiki lebih lanjut penggunaan gas Xenon ini.
Baca Juga: Salju Terus Mencair, 5 Mayat dan Sampah Berhasil Diturunkan dari Everest
Metode pendakian cepat ini dianggap bisa mengurangi waktu tinggal pendaki di luar negeri, menurunkan biaya perjalanan, serta memperpendek cuti kerja yang dibutuhkan. Selain itu, pendekatan ini juga berdampak positif bagi lingkungan.
“Limbah manusia merupakan persoalan utama di basecamp Everest. Jika seseorang hanya tinggal seminggu dibandingkan delapan minggu, volume limbah bisa ditekan hingga 75%,” jelas Furtenbach.
Menurutnya, hal ini juga akan mengurangi beban logistik berupa sampah dan sumber daya yang harus diangkut ke basecamp dan ke atas gunung.
Hingga kini, Nepal belum memiliki aturan mengenai durasi aklimatisasi atau latihan sebelum pendakian Everest. Izin pendakian seharga USD 11.000 berlaku selama 90 hari. Musim pendakian sendiri biasanya berakhir di penghujung Mei, ketika cuaca mulai tidak bersahabat dan musim hujan tiba. Saat itu pula tali dan tangga pendakian mulai ditarik dari gunung.
Pihak Departemen Pendakian Nepal mengonfirmasi bahwa mereka akan menindaklanjuti penggunaan Xenon dalam pendakian dengan melakukan penyelidikan resmi.