Ntvnews.id, Jakarta - Saat peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang berlangsung di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Selasa, 20 Mei 2025 Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tak kuasa menahan air mata saat memeluk para siswa yang mengikuti program pendidikan berkarakter hasil inisiatifnya.
Tangisnya pecah menyaksikan momen haru ketika para siswa kembali bertemu orangtua mereka setelah dua minggu menjalani pelatihan di Dodik Bela Negara, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
“Ya gimana, ini kan urusannya rasa, urusan hati, urusan cinta. Siapa sih yang tidak terharu, orangtua bertemu anaknya saat anaknya sudah berubah,” kata Dedi Mulyadi dalam keterangannya yang dilansir Rabu, 21 Mei 2025.
Program bela negara ini telah menjadi perhatian masyarakat sejak pertama kali diperkenalkan. Pendekatan Dedi yang menggandeng TNI untuk membina siswa-siswa bermasalah menuai reaksi beragam.
Sebagian pihak mempertanyakan efektivitas metode tersebut, sementara yang lain justru merasa tersentuh dan mendukung penuh. Para orangtua pun mengaku bersyukur karena menyaksikan perubahan nyata dalam perilaku anak-anak mereka.
“Ini adalah rasa, karena untuk itu saya sampaikan apa yang saya lakukan, dasarnya hati. Kalau yang saya lakukan dasarnya hati, maka diterimanya oleh rasa dan melahirkan cinta," ujar Dedi.
Lebih dari sekadar seremoni, Dedi Mulyadi menunjukkan kepedulian mendalam terhadap para peserta didik. Dalam acara tersebut, ia menyatakan kesediaannya menjadi orangtua angkat bagi siswa-siswa yang ditinggal orangtua, maupun mereka yang berstatus yatim piatu.
"Saya enggak tahu jumlah pastinya, banyak sekali. Pokoknya, mereka yang hari ini orangtuanya tidak datang atau mereka yatim piatu, langsung jadi anak saya," ungkapnya penuh empati.
Dedi memastikan bahwa anak-anak tersebut akan mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak di Bandung. Ia berjanji untuk membiayai kebutuhan mereka, membimbing secara pribadi, serta mendukung rencana masa depan sesuai cita-cita masing-masing.
"Saya sekolahkan. Saya persiapkan untuk jadi TNI, jadi polisi, atau kuliah, sesuai apa yang mereka inginkan," ujarnya.
Bagi Dedi Mulyadi, inti dari program ini tidak sekadar terletak pada penanaman disiplin atau pelatihan fisik. Yang lebih penting, menurutnya, adalah membangun kembali kepercayaan antara negara dan masyarakat, terutama dalam isu-isu sosial yang seringkali terabaikan seperti kenakalan remaja dan anak-anak terlantar.
"Ini urusan rasa, bukan urusan-urusan administrasi kenegaraan. Banyak orang meragukan apa yang dilakukan oleh Pemprov Jabar, tetapi akhirnya waktu yang menjawab," menegaskan keyakinannya pada nilai-nilai kemanusiaan yang ia bawa dalam setiap kebijakan.