Ntvnews.id, Jakarta - Euforia kemenangan Persib Bandung di final BRI Liga 1 2024/2025 tak hanya menyisakan kebanggaan, tetapi juga kerusakan. Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), saksi bisu keberhasilan Maung Bandung menaklukkan Persis Solo dengan skor 3-2, kini menjadi sorotan publik akibat kondisi rumput lapangan yang rusak berat usai invasi ribuan Bobotoh ke dalam arena pertandingan.
Kemenangan yang seharusnya dirayakan dengan penuh sukacita justru menimbulkan keprihatinan. Ribuan suporter tumpah ke tengah lapangan sesaat setelah peluit panjang dibunyikan.
Dalam perayaan itu, flare dan kembang api dinyalakan, asap menyelimuti stadion, dan kerumunan mulai tidak terkendali. Rumput stadion yang sebelumnya telah diperbaiki dengan standar tinggi kini tampak rusak parah, terinjak-injak bahkan dicongkel sebagian oleh oknum suporter untuk dibawa pulang sebagai "kenang-kenangan".
Tak hanya itu, kerusakan juga terjadi pada fasilitas lainnya: salah satu tiang gawang patah akibat dipanjat, dan jaring-jaringnya raib. Situasi ini semakin memperpanjang daftar masalah yang menghantui stadion senilai Rp545 miliar itu, termasuk retakan dinding, amblesnya lapangan parkir, hingga kasus genangan air yang sempat mengubah stadion menjadi “kolam ikan” pada 2021.
Menanggapi kondisi tersebut, mantan Bupati Purwakarta sekaligus tokoh publik Jawa Barat, Dedi Mulyadi, angkat bicara dengan nada tegas. Melalui akun Instagram pribadinya, ia mengunggah video kerusakan rumput di GBLA sambil menyampaikan kritik keras.
“Proses pidana atau barak militer adalah solusi untuk anda sekalian. Hatur nuhun,” tulis Dedi, menyindir perilaku suporter yang dinilainya merusak fasilitas negara.
Pernyataan Dedi ini langsung viral di media sosial. Banyak warganet mendukung sikap tegasnya, menyebut bahwa edukasi dan sanksi tegas memang diperlukan agar stadion kebanggaan Jawa Barat tak kembali rusak setiap kali ada perayaan besar.
Di sisi lain, perayaan juara juga diwarnai insiden kericuhan. Sejumlah suporter dilaporkan memaksa masuk ke area tribun tanpa tiket, memicu ketegangan dengan aparat keamanan. Meski situasi berhasil dikendalikan, insiden ini memunculkan kembali bayang-bayang tragedi pada Piala Presiden 2022 yang sempat mencoreng nama GBLA.