Ntvnews.id, Jakarta - Cloudflare, perusahaan teknologi yang menjadi tulang punggung banyak layanan internet dunia, memberikan penjelasan resmi mengenai gangguan yang sempat membuat akses sejumlah situs terhenti.
CEO Cloudflare, Matthew Prince, menjelaskan bahwa gangguan tersebut dipicu oleh kesalahan instruksi yang dikirimkan ke Basis Data ClickHouse, yaitu sistem penyimpanan data internal perusahaan. Informasi ini disampaikan melalui laporan yang dikutip dari The Verge, Rabu, 19 November 2025.
Kesalahan tersebut berawal dari instruksi yang memicu proses duplikasi berlebihan pada aturan kerja sistem, sehingga Basis Data ClickHouse menyalin dan menggandakan data instruksi berkali-kali. Akibatnya, sistem manajemen bot, yang bertanggung jawab mengatur aktivitas bot dan program otomatis, mengalami kelebihan beban hingga akhirnya tidak dapat berfungsi.
Baca Juga: Cloudflare di Seluruh Dunia Gangguan, Canva sampai ChatGPT Tak Bisa Diakses
Kegagalan pada sistem manajemen bot ini berlanjut ke masalah yang lebih besar. Sistem proksi inti Cloudflare, yang menjadi jalur utama lalu lintas internet, secara otomatis menutup sebagian besar koneksi. Tindakan ini merupakan langkah keamanan darurat untuk mencegah bot berbahaya masuk tanpa pemeriksaan.
Dampaknya, sejumlah situs yang memanfaatkan layanan Cloudflare tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah. Cloudflare sebelumnya menyebutkan bahwa sekitar 20 persen lalu lintas web global melewati jaringan mereka, yang biasanya berfungsi untuk menjaga kestabilan situs saat menghadapi lonjakan trafik atau serangan Distributed Denial of Service (DDoS).
Baca Juga: OpenAI Resmi Luncurkan ChatGPT Atlas dengan Dukungan AI
Gangguan kali ini membuat berbagai platform besar tidak dapat berfungsi selama beberapa jam, termasuk X, ChatGPT, serta situs pelacak kendala layanan seperti Downdetector. Kondisi tersebut mirip dengan gangguan besar yang baru-baru ini terjadi akibat masalah pada Microsoft Azure dan Amazon Web Services.
Sebagai langkah pencegahan, Cloudflare telah menyusun empat rencana perbaikan, antara lain memperkuat mekanisme penerimaan data baru agar tidak terjadi duplikasi instruksi, menambah fitur tombol darurat untuk menghentikan proses, serta melakukan evaluasi menyeluruh pada sistem-sistem penting milik perusahaan.
(Sumber: Antara)
Ilustrasi layanan open source. (ANTARA/Pixabay.com/geralt) (Antara)