Ntvnews.id, Jakarta - Dalam beberapa hari terakhir, video dan foto bantuan yang dijatuhkan dari helikopter di lokasi bencana Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat sempat viral karena beras dan logistik terlihat berserakan.
Menanggapi hal tersebut, akun Instagram resmi @infokomando memberikan penjelasan mengenai alasan penggunaan metode airdrop, atau penjatuhan logistik dari udara, dibandingkan mendarat langsung di lokasi bencana.
Menurut @infokomando, metode airdrop dipilih dengan mempertimbangkan aksesibilitas, efisiensi, dan keselamatan operasional dalam situasi darurat. Bencana alam seperti gempa bumi, banjir bandang, atau tanah longsor sering kali memutus jalur logistik darat sepenuhnya.
Baca Juga: Jadi Relawan, Praz Teguh Gotong Sembako ke Lokasi Korban Banjir di Sumbar
Di wilayah terpencil, pegunungan, atau hutan, tidak tersedia area yang cukup luas, datar, dan aman untuk helipad. Dalam kondisi seperti ini, penjatuhan dari udara menjadi satu-satunya cara cepat untuk menjangkau masyarakat yang terisolasi.
Selain itu, dalam manajemen krisis, waktu menjadi faktor paling krusial. Penjatuhan logistik memungkinkan helikopter menghemat waktu yang biasanya digunakan untuk mendarat, mematikan mesin, bongkar muat manual, dan lepas landas kembali.
Dengan metode ini, satu helikopter bisa menjangkau lebih banyak titik distribusi dalam satu penerbangan sehingga bantuan lebih cepat tersampaikan.
Metode ini juga dipilih karena pendaratan di lokasi bencana membawa risiko besar bagi kru dan helikopter itu sendiri. Tanah yang terkena banjir atau longsor sering berlumpur dan labil, berpotensi membuat helikopter terperosok atau terguling. Area pendaratan juga bisa dipenuhi reruntuhan yang berpotensi merusak mesin dan baling-baling (rotor).
Baca Juga: Tangis Ferry Irwandi Pecah Usai Donasi Korban Banjir Sumatera Tembus Rp10 Miliar
Selain itu, ketika helikopter mendekati tanah untuk mendarat, baling-baling menghasilkan hembusan angin ke bawah yang sangat kuat, atau dikenal sebagai downwash. Efek ini dapat merusak struktur sementara seperti tenda darurat atau dapur lapangan, serta membahayakan pengungsi karena debu, pasir, kerikil, dan puing dapat beterbangan.
Akun @infokomando menegaskan bahwa menjatuhkan logistik dari udara dilakukan untuk keselamatan kru helikopter dan masyarakat, sekaligus agar bantuan cepat sampai ke berbagai titik yang membutuhkan.
Meskipun beras dan beberapa logistik tampak berserakan, metode ini dianggap paling aman dan efisien di tengah kondisi medan yang ekstrem dan risiko tinggi di lokasi bencana.
Alasan Helikopter Lempar Bantuan dari Udara (Instagram)