Ilustrasi. Mobil listrik. (Foto: Istimewa/Pxfuel)
Ntvnews.id, Jakarta - Ketertarikan masyarakat Amerika Serikat (AS) terhadap kendaraan listrik (EV) ternyata sangat bergantung pada insentif dari pemerintah.
Tanpa dorongan berupa keringanan pajak atau subsidi, minat tersebut bisa cepat menguap. Hal ini terungkap dalam studi terbaru dari The Harris Poll, yang menunjukkan banyak mantan pengguna kendaraan listrik baru bersedia kembali beralih ke mobil listrik jika ada insentif finansial yang cukup besar.
Dikutip dari Carscoops, Jumat (10/10/2025), survei yang dilakukan pada 23-25 September itu melibatkan 2.095 responden dewasa di seluruh Amerika Serikat.
Dari jumlah tersebut, 1.675 orang, atau sekitar 80 persen, mengatakan mereka berencana membeli atau menyewa kendaraan baru atau bekas di masa mendatang. Namun, hanya sekitar 29 persen dari mereka yang mempertimbangkan kendaraan listrik secara serius.
Menariknya, di antara mereka yang sebelumnya pernah memiliki atau menggunakan kendaraan listrik, tetapi kemudian kembali ke kendaraan berbahan bakar fosil, sebanyak 60 persen menyatakan hanya akan kembali ke mobil listrik jika ditawarkan insentif minimal sebesar US$5.000 (Rp82,92 juta).
Sementara itu, 30 persen lainnya menginginkan insentif antara US$2.500 (Rp41,46 juta) hingga US$4.999 (Rp82,90 juta), dan hanya 11 persen yang merasa cukup dengan insentif di bawah US$2.500 (Rp41,46 juta).
Greg Paratore, konsultan senior di The Harris Poll, menyebutkan isu keterjangkauan masih menjadi faktor utama yang dipertimbangkan oleh 64 persen calon pembeli kendaraan listrik.
Meskipun penghentian insentif pajak untuk kendaraan listrik baru maupun bekas diperkirakan akan berdampak pada permintaan, Paratore menilai hal ini bisa menjadi peluang bagi produsen mobil untuk membangun kepercayaan dengan konsumen, misalnya dengan menanggung sebagian beban biaya tambahan.
Contohnya, Hyundai baru-baru ini memangkas harga model Ioniq 5 tahun 2026 hingga US$9.800 (Rp162,53 juta), sebagai respon terhadap dihapuskannya insentif pajak.
Tak hanya itu, Hyundai juga memberikan potongan tunai sebesar US$7.500 (Rp124,38 juta) untuk sisa stok Ioniq 5 tahun 2025.
Namun di sisi lain, CEO Ford, Jim Farley, memperingatkan pencabutan insentif pajak bisa menurunkan permintaan kendaraan listrik di AS hingga setengahnya.
Jika hal ini terjadi, pangsa pasar kendaraan listrik bisa kembali merosot ke angka sekitar 5 persen, posisi yang terakhir kali terlihat pada tahun 2022.
Ikuti Whatsapp Channel NTVNEWS.ID
