Severity: Warning
Message: Invalid argument supplied for foreach()
Filename: libraries/General.php
Line Number: 87
Backtrace:
File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler
File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular
File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once
Pemerintah sendiri telah melakukan upaya konkret untuk mempersiapkan Gen Z melalui sejumlah program. Salah satu contohnya adalah Kementerian PMI telah bekerja sama dengan negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Jerman dalam skema government to government untuk memberikan pelatihan keterampilan dan bahasa bagi calon pekerja migran.
"Pelatihan ini tidak hanya menyiapkan Gen Z untuk bekerja di luar negeri, tetapi juga memberikan mereka pengalaman global yang berharga," tutur Dzulfikar.
Ia juga menegaskan bahwa peran pemerintah tidak cukup jika hanya fokus pada pendidikan formal, perlu adanya program pelatihan yang mendukung keahlian teknis, mental, serta karakter mereka.
Fondasi Karakter
Pada kesempatan yang sama, Analis Kebijakan Ahli Utama Deputi Bidang Pengembangan Pemuda di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Imam Gunawan, melihat tantangan Gen Z tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga kesehatan mental dan sikap sosial. Oleh karena itu, pihaknya telah merancang berbagai program pengembangan karakter dan keterampilan bagi Gen-Z sebagai fondasi utama dalam membangun generasi yang berdaya.
"Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang menjadi landasan kebijakan pemerintah dalam pengembangan karakter dan keterampilan pemuda. Program-program tersebut tidak hanya berfokus pada pendidikan formal, tetapi juga mencakup pelatihan kewirausahaan, vokasi, dan peningkatan partisipasi sosial," paparnya.
Ia menambahkan bahwa konsep pentahelix, yang melibatkan pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi, dan media, harus diterapkan dalam semua program pengembangan pemuda. Pendekatan yang inklusif dan berbasis komunitas ini memungkinkan Gen Z untuk berperan aktif dalam mengembangkan dirinya dan lingkungan sekitar.
Kemenpora, misalnya, telah menginisiasi program-program berbasis kelompok sebaya (peer group) untuk menanamkan nilai-nilai positif, seperti gotong royong, dalam kehidupan sehari-hari. Melalui program ini, para pemuda diberdayakan untuk mendesain kegiatan mereka sendiri, dengan dukungan dari pemerintah.
“Pendekatan ini akan membantu menciptakan generasi muda yang tangguh dan inovatif, karena mereka diberikan kepercayaan untuk mengembangkan potensi dengan dukungan yang memadai,” jelas Imam.