Ntvnews.id, Tokyo - Seorang wisatawan pria berusia 20-an harus diselamatkan dua kali dalam waktu kurang dari seminggu di Gunung Fuji, Jepang, setelah kembali mendaki gunung tersebut demi mengambil ponselnya yang tertinggal sebuah tindakan nekat yang hampir berujung tragis.
Dilansir dari AFP, Jumat, 2 Mei 2025, pemuda tersebut diketahui sebagai mahasiswa asal Tiongkok yang menetap di Jepang. Ia pertama kali dievakuasi pada 22 April lewat operasi penyelamatan udara dari lereng Gunung Fuji.
Namun, hanya empat hari setelah insiden pertama, tepatnya pada 26 April, pria itu kembali ditemukan oleh pendaki lain di ketinggian lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut. Saat itu, kondisinya memburuk dan dia segera dibawa ke rumah sakit.
"Ia diduga menderita penyakit ketinggian," jelas seorang juru bicara Kepolisian Prefektur Shizuoka.
Baca Juga: Kenapa Kini Gunung Fuji Tak Kunjung Bersalju?
Ternyata, pria tersebut kembali mendaki Gunung Fuji pada 25 April 2025 hanya tiga hari setelah diselamatkan karena ingin mengambil kembali ponselnya yang tertinggal saat evakuasi sebelumnya.
Media seperti TBS dan VN Express melaporkan bahwa orang yang terlibat dalam kedua insiden itu kemungkinan besar adalah individu yang sama, mengingat kesamaan lokasi dan waktu kejadian. Meski begitu, pihak kepolisian belum memberikan konfirmasi resmi mengenai identitas orang yang diselamatkan dalam kedua peristiwa tersebut.
Baca Juga: Fuji Keciduk Nonton Timnas Garuda Bareng Verrell Bramasta
Ada kemungkinan kecil bahwa itu adalah dua orang yang berbeda, namun sumber media menyebut penyelamatan kedua dilakukan terhadap orang yang sama yang sebelumnya juga dievakuasi melalui helikopter.
Belum ada informasi apakah upayanya menemukan ponsel berhasil atau tidak. Namun, peristiwa ini kembali mengingatkan publik akan bahaya mendaki Gunung Fuji di luar musim resmi.
Gunung Fuji yang menjulang setinggi 3.776 meter di atas permukaan laut biasanya hanya dibuka untuk pendakian antara awal Juli hingga awal September. Di luar musim tersebut, kondisi cuaca ekstrem, suhu rendah, jalur berbatu yang curam, serta risiko penyakit ketinggian membuat pendakian menjadi sangat berbahaya dan tidak dianjurkan.