Kemarau Basah Landa Indonesia, Ancaman Cuaca Ekstrem hingga Agustus 2025

Ntvnews.id, Jakarta - Fenomena kemarau basah adalah kondisi anomali cuaca di mana curah hujan tetap tinggi atau di atas normal meskipun seharusnya sedang memasuki musim kemarau.

Fenomena ini menjadi perhatian serius karena berpotensi mengancam berbagai sektor di Indonesia, yang biasanya mengandalkan musim kemarau sebagai waktu yang relatif kering.

Baca Juga: Pengemudi Grand Max Tewas Usai Tabrakan dengan Truk Tangki di Kopo Bandung

Ada beberapa penyebab terjadinya fenomena kemarau basah seperti gangguan iklim global seperti La Niña, yang membawa massa udara lembab dan menyebabkan hujan lebih sering terjadi.

Selain itu juga bisa disebabkan Pemanasan suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia, yang meningkatkan penguapan dan pembentukan awan hujan hingga Dinamika atmosfer regional seperti pergeseran angin monsun atau Madden-Julian Oscillation (MJO) yang aktif di wilayah Indonesia.

Sejumlah pengendara melintasi genangan air di Jalan Boulevard Barat Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (29/1/2025). BPBD DKI Jakarta menuturkan 20 ruas Jalan di Jakarta tergenang air akibat intensitas hujan yang tinggi pada (28/1) dan kualitas ((Antara))

Sementara dilansir BMKG, Jumat 2023 Mei 2025, bahwa fenomena ini merupakan transisi La Nina menuju fase netral yang masih memberikan dampak hujan di beberapa wilayah Indonesia.

"Wilayah-wilayah ini diprediksi akan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya," tulis BMKG dalam prediksi kemarau 2025.

Fenomena kemarau basah menunjukkan bagaimana perubahan iklim global dapat memicu ketidakpastian musim di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan adaptasi di berbagai sektor serta memperkuat ketahanan iklim agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan.