Ntvnews.id, Jakarta - Tangis Wirna Wani pecah saat mengingat kembali detik-detik terakhir bersama putranya, Pratama Wijaya Kusuma (19), mahasiswa baru Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (Unila), yang meninggal dunia usai mengikuti pendidikan dasar organisasi Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (Mahepel).
Dengan suara gemetar, ia mengungkapkan betapa anaknya pulang dalam keadaan lemah, ketakutan, dan penuh luka. Wirna masih ingat betul malam itu, tanggal 18 November 2024. Ia menjemput Pratama di kampus setelah diksar Mahepel yang berlangsung di Kabupaten Pesawaran. Setibanya di rumah, Pratama pingsan di kursi saat hendak makan.
“Ada beberapa luka memar di tubuh anak saya,” ujar Wirna saat memberikan keterangan di Mapolda Lampung, yang dilansir dari akun Instagram @pembasmi.kehaluan.reall pada Kamis, 5 Juni 2025.
Setelah sadar, Pratama sempat bercerita bahwa ia mengalami tindak kekerasan selama kegiatan tersebut. Namun, hal yang paling memilukan, menurutnya, kuku kaki sebelah kiri Pratama sampai terlepas akibat siksaan yang diterima.
“Sempat cerita dada ditendang, perut juga diinjek-injek. Saya kasih betadine malam itu. Dia nggak cerita siapa yang melakukan,” kata Wirna dengan mata berkaca-kaca.
Bukan hanya luka fisik, Pratama juga membawa pulang ketakutan yang mendalam. Saat Wirna mengajaknya berobat ke Puskesmas, anaknya menolak melapor ke pihak berwenang. Keesokan harinya, meski kondisinya memburuk, Pratama masih enggan dibawa ke rumah sakit.
“Anak saya bilang jangan laporan karena dia ketakutan diancam. Katanya nanti ketahuan,” ujar Wirna lirih.
Sampai akhirnya, di tengah desakan ibunya yang ingin mencari keadilan, Pratama mengungkapkan ketakutan terdalamnya.
“Katanya saya diancam mau dibunuh, mama. Kita pulang aja, diam-diam mama, jangan ngomong-ngomong,” kenang Wirna, menirukan ucapan anaknya yang kini telah tiada.
Wirna juga membantah keras tuduhan bahwa Pratama meninggal karena penyakit lama. Dugaan ini sempat muncul dari pihak kampus. Hal ini juga untuk membantah anggapan bahwa anaknya memiliki riwayat tumor otak seperti yang disebut oleh Dekan FEB Unila.
“Riwayat sakit? Dari kecil tidak pernah sakit aneh-aneh, hanya sebatas batuk pilek saja, sehat walafiat,” tegasnya.
Kini, Wirna hanya bisa berharap kasus ini diusut tuntas. Ia menuntut keadilan atas kematian anaknya yang pergi dengan luka, ketakutan, dan ancaman yang membungkamnya hingga akhir hayat.