Ntvnews.id, Jakarta - Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) kembali digelar tahun ini dengan semangat baru. Memasuki penyelenggaraan ke-5, FEKDI yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia tahun ini hadir berkolaborasi dengan Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) yang diinisiasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertajuk FEKDI x IFSE 2025.
Kolaborasi ini mempertegas komitmen bersama Bank Indonesia dan OJK dalam memperkuat ekosistem ekonomi digital nasional. FEKDI x IFSE 2025 menjadi momentum penting dalam mendorong digitalisasi sistem keuangan yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.
Kegiatan ini turut melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), dan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH).
 
 FEKDI x IFSE 2025 (NTVnews / Adiansyah) 
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan bahwa penyelenggaraan FEKDI 2025 yang bersinergi dengan IFSE menjadi wujud dukungan terhadap program prioritas nasional dalam digitalisasi ekonomi dan keuangan Indonesia yang sejalan dengan Visi Asta Cita menuju Indonesia Maju 2045.
"Dan ini pertama kali kita melakukan acara event terbesar di Indonesia di era ekonomi keuangan digital, yaitu sinergitas antara FEKDI dan IFSE," ujar Perry dalam sambutannya, Kamis, 30 Oktober 2025.
"Yang ini Insya Allah akan menjadi dukungan konkret kita, sinergi kebijakan nasional yang tentu saja menjadi kunci untuk mengakselerasi transformasi digital Indonesia dengan tentu saja sebagai bagian dari program Asta Cita di bawah kepimpinan Bapak Presiden Prabowo Subianto," sambungnya.
Perry juga menyampaikan, pengguna QR di Indonesia sudah mencapai 60 juta dan mayoritas dipakai oleh UMKM. "Sekarang QR Indonesia standar sudah hampir 60 juta pengguna. Di antaranya 40 juta itu UMKM," ujar dia.
Grafik tersebut, lanjutnya menunjukkan bahwa ekonomi keuangan digital Indonesia sekarang ini volume transaksinya mencapai 37 miliar transaksi per tahun. Sementara untuk transaksi digital yaitu online banking, mobile banking termasuk penggunaan QRIS, juga telah meningkat pesat.
  
 FEKDI x IFSE 2025  (NTVnews / Adiansyah) 
"Di situ sudah mencapai 13 ribu transaksi. Nilainya hampir 60 ribu triliun. Itu QRIS. Belum lagi BI-Fast. Karena BI-Fast 2.500 rupiah per transaksi. Itu pun yang transaksi sampai dengan 500 ribu kita gratiskan," ujar dia.
QRIS Antarnegara yang kini telah terhubung dengan Malaysia, Singapura, Thailand, dan Jepang, akan dikembangan untuk implementasi di China dan Korea Selatan, serta akan diperluas ke India dan Arab Saudi.
"Insya Allah hari ini mulai kita akan sambungkan dengan Korea Selatan. Dan terus kita sambungkan dengan India, Saudi Arabia. Jadi QRIS tidak hanya simbol kedaulatan negara kita, NKRI, tapi juga cross border, QRIS adalah seperti itu. BI-FAST kita juga akan terus sambungkan dengan Nexus dan yang lain-lain," kata dia lagi.
  
 FEKDI x IFSE 2025  (NTVnews / Adiansyah) 
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan, OJK bersama BI dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terus bersinergi mengembangkan inovasi dalam mempercepat transformasi ekonomi dan keuangan digital, selaras dengan arah Asta Cita Pemerintah untuk memperkuat kemandirian dan daya saing ekonomi Indonesia.
Mahendra juga menyampaikan bahwa transformasi digital tak hanya berkaitan dengan penerapan teknologi, namun juga pada kemampuan berinovasi untuk membuka akses yang lebih inklusif, meningkatkan efisiensi layanan, serta memperkuat kepercayaan publik.
“OJK berkomitmen menjaga ekosistem keuangan digital yang aman, adaptif, dan inklusif, tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan, tetapi juga untuk memastikan transformasi ini memberi manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat," kata Mahendra.
  
 FEKDI x IFSE 2025  (NTVnews / Adiansyah) 
Lebih lanjut, OJK juga terus memperkuat pengaturan dan pengawasan berbasis data dan teknologi, termasuk melalui pemanfaatan supervisory technology (SupTech), integrasi data lintas sektor, serta kolaborasi yang lebih erat dengan otoritas fiskal, moneter, dan pelaku industri.
“Kami meyakini bahwa transformasi digital harus dibangun di atas landasan kepercayaan terhadap sistem, terhadap tata kelola, dan terhadap pelindungan konsumen. Oleh karena itu, inovasi dan mitigasi risiko harus berjalan beriringan," kata Mahendra.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa ekonomi digital berpotensi naik signifikan pada tahun 2045.
Pemerintah menargetkan kontribusi ekonomi digital terhadap PDB nasional mencapai 15,5-19,6% dengan pertumbuhan lebih dari sembilan kali lipat dari kondisi saat ini.
Arah kebijakan tersebut telah tertuang dalam Buku Putih Strategi Nasional Ekonomi Digital 2030 yang berlandaskan enam pilar strategis, serta diperkuat oleh Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) yang memperluas akses layanan keuangan formal hingga ke pelosok negeri.
“Program Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) memperluas akses layanan keuangan formal hingga ke pelosok, memastikan masyarakat kecil dan pelaku usaha mikro dapat menikmati manfaat dari ekosistem digital nasional,” katanya.
Selama tiga hari penyelenggaraan, pengunjung dapat menikmati berbagai kegiatan, seperti seminar dan talkshow dengan pakar industri, pameran inovasi digital, mini stage, dan konsultasi langsung bersama OJK dan BI, networking session, untuk memperluas kolaborasi, Hackathon Pitch dan Onboarding QRIS, serta Digital Experience Area yang menawarkan pengalaman interaktif dan seru.
Salah satu pengunjung, Amira (21), mengungkapkan kemudahan transaksi digital menggunakan QRIS.
"Jadi lebih mudah aja sih, terus kita nggak perlu bawa-bawa dompet, nggak perlu bawa uang tunai gitu ya. Jadi lebih mempermudah transaksi aja kaya gitu," ucapnya.
Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) x Indonesia Fintech Summit and Expo (IFSE) 2025 di Hall B, JICC digelar pada 30 Oktober–1 November 2025.
Acara ini gratis dan terbuka untuk umum, serta menjadi momentum penting dalam memperkuat sinergi dan inovasi menuju ekonomi digital Indonesia yang inklusif.
            
 FEKDI x IFSE 2025 (NTVnews / Adiansyah)