Bahlil Sebut Pagelaran Wayang Kulit Jadi Momentum Pelestarian Budaya dan Bagian HUT ke-61 Partai Golkar

Ntvnews.id, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, memberikan penjelasan terkait penyelenggaraan Pagelaran Seni Budaya Wayang Kulit dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-61 Partai Golkar. Hal itu ia sampaikan dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat, 14 November 2025.

Menanggapi pertanyaan awak media mengenai makna kegiatan dan relevansinya dengan konsolidasi partai, Bahlil membuka pernyataannya dengan menyampaikan apresiasi kepada seluruh jurnalis yang hadir.

"Ya, jadi teman-teman media, yang pertama kami ucapkan terima kasih atas kehadiran teman-teman,” ujarnya.

Ia kemudian menegaskan bahwa pagelaran wayang kulit tersebut merupakan bagian resmi dari rangkaian perayaan HUT Partai Golkar yang ke-61.

Baca Juga: Setnov Mendadak Muncul di Acara Golkar, Ada Apa?

"Yang kedua, DPP Partai Golkar ini sedang melakukan rangkaian HUT Partai Golkar yang ke-61. Wayang ini sebenarnya bagian daripada memperingati HUT Golkar,” kata Bahlil.

Bahlil juga menanggapi pertanyaan mengenai alasan Golkar kembali menggelar pertunjukan wayang kulit setelah sekian lama tidak melakukannya. Ia menjelaskan bahwa wayang telah mendapat pengakuan dunia, sehingga penting untuk terus dilestarikan sebagai warisan budaya bangsa.

"Nah memang banyak yang bertanya, ini kan sudah lama nggak kita melakukan hal ini. Saya pikir ini, wayang ini kan sudah masuk dalam penetapan UNESCO. Tapi kemudian kita harusnya sih untuk tetap memelihara dan bagaimana memberikan sajian ini kepada masyarakat terus,” tuturnya.

Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia (NTVnews.id)

Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyinggung nilai filosofi dalam seni wayang yang relevan dengan kehidupan sosial saat ini, termasuk pentingnya kembali pada budaya asli dan menjauhi perilaku negatif di ruang publik.

"Yang berikut saya pikir ini, wayang ini, saya orang Papua tidak terlalu ahli. Tetapi Sekjen saya ini, mengatakan bahwa wayang ini tidak hanya dari seni menari, tapi juga suara, kemudian ada pahak, macam-macam, yang kemudian itu mempunyai makna bahwa kita itu harus kembali kepada kultur kita asli. Jangan gosip terus, jangan ujaran kebencian, dan DFK, ada namanya sekarang istilah DFK. Kemarin saya arahkan di komisi XII ada DFK, disinformasi, fitnah, ujaran kebencian,” kata Bahlil.

Menutup keterangannya, Bahlil menekankan bahwa pagelaran wayang ini bukan hanya perayaan, tetapi juga ruang edukasi dan pelestarian budaya untuk masyarakat luas.

"Saya pikir dengan wayang ini kita happy lah, kita merayakan dan kita melestarikan apa yang menjadi budaya kita,” ujarnya.