AHY: Penanganan Banjir Pantura Tidak Hanya Pakai Beton

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 27 Nov 2025, 23:15
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), didampingi Rektor Universitas Diponegoro Semarang Prof Suharnomo (kanan). (ANTARA/Zuhdiar Laeis) Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), didampingi Rektor Universitas Diponegoro Semarang Prof Suharnomo (kanan). (ANTARA/Zuhdiar Laeis) (Antara)

Ntvnews.id, Semarang - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan bahwa upaya penanganan banjir di Pantura Jawa tidak hanya mengandalkan pembangunan beton atau pendekatan fisik semata.

"Kami bersama dengan Badan Otorita Pengelola Pantura Jawa yang dipimpin oleh Laksamana (Laksdya TNI Purn) Didit berusaha untuk membangun kolaborasi dan sinergi yang baik," ujarnya usai memberikan kuliah umum di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Kamis, 27 November 2025.

AHY menjelaskan bahwa penyempurnaan cetak biru pembangunan "Giant Sea Wall" membutuhkan proses penelitian yang menyeluruh.

"Karena merupakan proyek yang besar, membutuhkan anggaran yang juga besar, dan melibatkan banyak pihak. Paling tidak, ada 17 kementerian dan lembaga yang akan terlibat," katanya.

Ia menambahkan bahwa banjir dan rob di Pantura menjadi perhatian Presiden Prabowo Subianto, sehingga Kemenko yang dipimpinnya terus berupaya memproteksi wilayah tersebut.

Baca Juga: Hadapi Krisis Iklim, AHY Dorong Proyek Giant Seawall

"Dari Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur semua memiliki kerentanan. Memang Semarang dan Demak salah satu yang paling tinggi intensitasnya. Oleh karena itu, perlu mendapatkan 'support' dan atensi yang lebih besar lagi," ungkap AHY.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa tidak semua masalah dapat diatasi dengan beton, seperti Giant Sea Wall, melainkan akan dikombinasikan dengan upaya lain, misalnya penanaman mangrove.

"Jangan dibayangkan semuanya akan menjadi beton. Nanti ada bagian-bagian paling parah tidak bisa digunakan solusi yang lain, tentu kami membangun beton yang tinggi. Tetapi, yang lainnya masih bisa menggunakan pendekatan lainnya, Hybrid Sea Wall," katanya.

Dalam kuliah umum tersebut, AHY menekankan relevansi pembahasan ini karena Indonesia menghadapi ancaman dan tantangan bencana. Menurutnya, Undip menjadi salah satu kampus yang mengawal pembangunan berkelanjutan, dengan banyak riset yang telah diaplikasikan di lapangan.

Baca Juga: AHY Jajaki Kerja Sama Internasional untuk Proyek Giant Sea Wall Senilai 1,3 Triliun

"Pada prinsipnya, kami akan mengombinasikan berbagai pendekatan. Jadi, pembangunan tanggul pantai, tanggul laut, termasuk juga solusi yang lebih alami, seperti menggunakan mangrove dan lain sebagainya tetap akan menjadi bagian konsep terintegrasi, komprehensif, serta lebih efisien," tambah AHY.

Sementara itu, Rektor Undip Prof Suharnomo memberikan dukungan terhadap pembangunan infrastruktur di wilayah Jateng, termasuk Pantura. Ia menjelaskan bahwa Undip telah berkontribusi melalui inovasi riset, termasuk konsep hybrid sea wall.

"Ini merupakan teknologi penahan gelombang laut yang menggabungkan rekayasa struktur beton ringan dengan restorasi ekosistem mangrove," jelas Suharnomo.

Pendekatan ini tidak hanya membangun tanggul, tetapi juga memulihkan ekosistem mangrove untuk memperlambat energi gelombang, menahan sedimen, dan membantu pembentukan daratan alami.

(Sumber: Antara) 

x|close