Biofuel seperti ethanol menghasilkan lebih sedikit karbon dioksida (CO2) daripada bensin konvensional, dan penggunaan biodiesel juga mengurangi emisi CO2 dibandingkan dengan diesel konvensional.
Sebagian besar kendaraan yang ada dapat menggunakan biofuel pada konsentrasi rendah sekitar 3 persen, namun untuk meningkatkan level hingga 20 persen diperlukan penetapan standar baru dengan memverifikasi keamanan bahan bakar dan dampaknya terhadap emisi karbon.
Menjamin pasokan yang stabil juga akan menjadi masalah karena Jepang sebagian besar mengimpor biofuel.
Di sisi lain, kementerian juga meminta produsen bahan bakar untuk mulai menyediakan bensin yang mengandung bioethanol.
Pada 2030, mereka menargetkan agar minimal 10 persen dari bahan bakar yang diproduksi merupakan bioethanol, dan jumlah ini akan meningkat menjadi 20 persen pada 2040.