Ntvnews.id, Jakarta - Banyak pemilik Tesla menunjukkan ketidakpuasan mereka atas perubahan kebijakan politik Elon Musk, dengan sejumlah besar dari mereka memilih untuk menjual mobil mereka.
Berdasarkan data terbaru, terlihat adanya lonjakan dalam jumlah tukar tambah kendaraan. Menurut data Edmunds yang dikutip oleh Reuters, "Mobil Tesla dari model tahun 2017 atau yang lebih baru berkontribusi sebesar 1,4 persen dari semua kendaraan yang diperdagangkan hingga 15 Maret".
Angka ini meningkat signifikan dibandingkan dengan 0,4 persen tahun lalu, seperti dikutip dari Carscoops, Senin, 24 Maret 2025.
CNBC melaporkan jika ini merupakan rekor tertinggi penjualan Tesla terhadap merek lain. Ada berbagai faktor yang mungkin memengaruhi peningkatan ini, termasuk persaingan baru di pasar kendaraan listrik.
Selain itu, hubungan Musk dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan perannya sebagai pemimpin Departemen Efisiensi Pemerintah juga turut memberi dampak.
Beberapa selebriti, seperti Sheryl Crow, bahkan memilih meninggalkan Tesla mereka, dengan mengatakan, "Akan tiba saatnya Anda harus memutuskan dengan siapa Anda bersedia bersekutu."
Serangan terhadap dealer Tesla dan pernyataan keras dari Jaksa Agung AS, Pamela Bondi, juga semakin memanaskan suasana.
"Jika Anda terlibat dalam gelombang terorisme domestik terhadap properti Tesla, Departemen Kehakiman akan memenjarakan Anda."
Namun, pemilik Tesla juga tidak luput dari sasaran kemarahan publik. Banyak pemilik Tesla melaporkan mengalami kekerasan verbal dan bahkan beberapa kendaraan mereka rusak atau dibakar.
Jessica Caldwell dari Edmunds mengungkapkan perubahan sentimen terhadap Tesla ini bisa membuka peluang bagi produsen mobil lama maupun startup kendaraan listrik untuk merebut pangsa pasar.
Bagi mereka yang tidak setuju dengan kebijakan Musk, mengganti kendaraan listrik dengan model dari pesaing bisa menjadi pilihan, yang tentunya bisa menjadi kabar buruk bagi Tesla yang tengah menghadapi penurunan penjualan.