Ntvnews.id, Jakarta - Pameran otomotif Shanghai Auto Show tahun ini menjadi ajang unjuk gigi lebih dari 70 merek otomotif, baik dari dalam negeri China maupun internasional, dengan lebih dari 100 model baru atau penyegaran.
Persaingan di pasar kendaraan listrik dan hibrida yang sudah ketat pun semakin memanas, terutama karena munculnya model-model anyar yang langsung menargetkan dominasi Tesla.
Dikutip dari Reuters, Selasa, 22 April 2025, nama-nama besar seperti BYD, Geely, Volkswagen, Nissan, Toyota, hingga Cadillac dari General Motors akan saling berebut perhatian publik dalam pameran yang digelar mulai 23 April hingga 2 Mei.
Di tengah perang harga yang tak kunjung reda, kini fitur pengemudian otomatis generasi terbaru menjadi medan tempur baru untuk merebut pangsa pasar dan keuntungan.
Namun, sorotan tajam pemerintah China terhadap pemasaran teknologi otonom pasca kecelakaan fatal sedan listrik Xiaomi SU7 pada Maret lalu mengubah arah strategi banyak pabrikan.
Kecelakaan yang menewaskan tiga orang itu terjadi ketika pengemudi berusaha mengambil alih kendali dari sistem bantuan pengemudi mobil tersebut, menimbulkan kekhawatiran besar terhadap cara teknologi ini dipromosikan.
Sejak saat itu, otoritas China memperketat aturan, melarang klaim pemasaran yang terlalu muluk menggunakan istilah seperti "pintar" atau "otonom".
Imbasnya, produsen seperti BYD dan Zeekr pun mulai mengubah narasi mereka, menekankan pentingnya keterlibatan pengemudi dan kehati-hatian dalam berkendara.
Meski demikian, sistem bantuan pengemudi tetap menjadi senjata strategis. BYD, misalnya, mengumumkan akan membekali semua modelnya, termasuk yang hanya seharga US$10.000 (sekitar Rp168,60 juta), dengan teknologi bantuan pengemudi "God's Eye" tanpa biaya tambahan.
Strategi ini dianggap sebagai langkah agresif untuk menekan pesaing, memanfaatkan skala produksi besar mereka demi menekan harga.
"BYD membuat para kompetitor tak nyaman dengan strategi yang sama seperti di kendaraan listrik, skala besar, harga rendah, dan fitur premium," kata analis industri otomotif Bo Yu dari Jato Dynamics.
Regulasi baru juga melarang pembaruan software bantuan pengemudi secara over-the-air (OTA) tanpa izin pemerintah, membuat Tesla menghentikan uji coba fitur "Full Self Driving (FSF)" di China dan menggantinya dengan istilah baru: "intelligent assisted driving".
Huawei, yang kini aktif di sektor otomotif, juga turut menyesuaikan pendekatannya. Dalam peluncuran terbaru Luxeed, hasil kolaborasinya dengan Chery, Huawei mengajak masyarakat untuk tetap waspada meski teknologi semakin canggih.
Aktris Liu Yifei, sebagai brand ambassador, mengingatkan keselamatan tetap harus menjadi prioritas utama.
Sementara itu, Zeekr milik Geely awalnya berencana memamerkan kendaraan dengan sistem bantuan Level 3, yang memungkinkan mobil berjalan sendiri di jalan raya tanpa intervensi pengemudi.
Namun kini, fokus mereka beralih ke teknologi baterai dan model hibrida, sejalan dengan arah regulasi pemerintah yang juga memperketat standar keamanan baterai kendaraan listrik.
Tesla Semakin Terjepit
Di balik semua ketegangan ini, satu hal jelas, yakni para pemain lokal siap menggempur dominasi Tesla.
Sekitar selusin model crossover listrik yang siap diluncurkan di Shanghai disebut-sebut akan langsung menantang Model Y, mulai dari sisi harga hingga teknologi.
Pasar kendaraan listrik di China saat ini menyumbang lebih dari setengah dari total penjualan mobil baru, jauh melampaui Amerika Serikat (AS) dan Eropa, serta jauh lebih cepat dari target awal Beijing untuk tahun 2030.
Namun, Tesla justru menunjukkan tren penurunan. Pangsa pasarnya di Negeri Tirai Bambu turun dari 15% pada 2020 menjadi hanya 9% di kuartal pertama 2025.
Secara global pun, penjualan tahunan Tesla menurun untuk pertama kalinya. Selain tertinggal dalam peluncuran model baru, Tesla juga belum muncul di pameran otomotif China sejak 2021, setelah sempat terjadi protes pelanggan di salah satu acara.
Sementara itu, rival-rivalnya seperti Xpeng dengan model G6 dan Zeekr dengan E6, menawarkan fitur lebih canggih, termasuk pengisian daya cepat dan sistem hiburan terkini, tentu dengan harga yang lebih kompetitif.
Xiaomi juga sempat dirumorkan akan meluncurkan crossover YU7 yang diyakini menjadi pesaing utama Model Y. Namun, perusahaan tersebut memilih hanya menampilkan SU7 dan SU7 Ultra tanpa konferensi pers.
Menurut analis otomotif Lei Xing, kehadiran model-model baru dari berbagai produsen lokal bisa menjadi mimpi buruk bagi Tesla. "Bukan satu mobil yang akan menyaingi Model Y," katanya.
"Tapi 12 atau 13 sekaligus. Ini seperti tsunami tekanan," tambah Lei Xing.