Ntvnews.id, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) kini menjadi sorotan di media sosial karena diduga menjadi target serangan ransomware.
Menanggapi hal tersebut, Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya mengatakan, serangan ransomware dapat mengganggu operasional dari institusi yang diserangnya.
"Tujuannya jelas untuk menimbulkan kerugian maksimal karena gangguan operasional sehingga korbannya memutuskan untuk membayar uang tebusan," ucap Alfons dalam keterangannya, Kamis 19 Desember 2024.
Di sisi lain, Alfons menyebut serangan ransomware tidak selalu mendisrupsi sistem dan mengakibatkan gangguan operasional.
Baca juga: Soal Dugaan Serangan Ransomware, BRI Pastikan Data Nasabah Aman
Menurutnya operasional yang berjalan lancar tidak selalu menjadi penanda aman dari serangan ransomware.
"Jadi kesimpulannya, operasional institusi yang lancar bukan berarti tidak menjadi korban ransomware," ungkapnya.
Untuk memastikan apakah ada serangan ransomeware atau tidak, Alfons mengatakan pembuat ransomware memberikan batas waktu sampai tanggal 23 Desember 2024.
Menurutnya jika korbannya tidak melakukan negosiasi atau membayar uang tebusan, maka data yang berhasil dicuri akan dibagikan secara gratis.
"Jika benar data institusi tersebut bocor, walaupun institusi tersebut menjadi sorotan dan mendapatkan masalah, tetapi yang paling menderita bukan institusi tersebut. Institusi hanya mendapat malu saja karena terbukti tidak mengelola datanya dengan baik," ungkapnya.
"Yang paling menderita adalah pemilik data alias nasabah bank, jika institusi tersebut berbentuk bank. Karena semua data pribadi seperti nama lengkap, nomor telepon, nomor kartu ATM bank, tanggal lahir, nama gadis ibu kandung, alamat kantor dan alamat rumah dibagikan secara gratis dan disebarkan oleh pembuat ransomware," tandasnya.
Baca juga: Bank BRI Diduga Terkena Serangan Ransomware, Gimana Nasib Data Nasabah?
Seperti diketahui, Falcon Feeds, lewat akun resminya di platform X atau Twitter, menyampaikan peringatan ransomware yang menyatakan bahwa BRI, salah satu bank terbesar di Indonesia, telah terinfeksi oleh Bashe Ransomware.
Dalam postingannya, Falcon Feeds menyoroti bahwa insiden ini menimbulkan kekhawatiran mengenai perlindungan data yang dimiliki oleh bank tersebut.
"Peringatan ransomware, Bank Rakyat Indonesia telah menjadi korban Bashe Ransomware," ungkap akun @FalconFeedsio dalam bahasa Inggris pada Rabu, 18 Desember 2024.