Ntvnews.id, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat 9 Mei 2025 diperkirakan bergerak mendatar di tengah pelaku pasar mencermati rencana pertemuan antara perwakilan Amerika Serikat (AS) dengan China.
Dikutip dari Antara, IHSG dibuka menguat 21,70 poin atau 0,32 persen ke posisi 6.849,45.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,05 poin atau 0,40 persen ke posisi 766,81.
“IHSG berpeluang sideways (mendatar) pada hari ini,” sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya.
Baca juga: Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 di Pegadaian Kompak Turun, Cek Daftar Lengkapnya
Dari mancanegara, pelaku pasar menantikan pembaruan mengenai pembicaraan perdagangan antara AS dengan China yang akan datang. Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan mitranya dari China akan bertemu di Swiss pada pekan ini untuk membahas masalah mengenai perdagangan dan ekonomi.
Sebelumnya, bank sentral AS The Fed dalam Federal Open Market Committee (FOMC) telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25- 4,5 persen, atau sesuai dengan ekspektasi pasar.
Ketua The Fed Jerome Powell memperingatkan, apabila kenaikan tarif signifikan yang telah diumumkan tetap dilakukan pada level saat ini, dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi jangka panjang.
Dari dalam negeri, cadangan devisa Indonesia periode April 2025 mengalami penurunan tajam menjadi sebesar 152,5 miliar dolar AS, atau menurun tajam sebesar 4,6 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya.
Baca juga: Pemerintah Gelar Diskusi Publik, Serap Aspirasi Ojol
IHSG akan menghadapi libur panjang selama empat hari yakni Sabtu dan Minggu hingga awal pekan depan, 12 Mei 2025 (Hari Raya Waisak 2569 BE) dan 13 Mei 2025 (Cuti Bersama Hari Raya Waisak 2569 BE), yang berpeluang membuat pasar keuangan di Indonesia mengalami koreksi.
Dari Eropa, tensi dagang masih tinggi, European Union (EU) mempersiapkan untuk mengajukan gugatan ke World Trade Organization (WTO) khususnya untuk beberapa produk seperti otomotif dan komponen-nya yang diekspor ke US.
Di sisi lain, kebijakan moneter relatif longgar, setelah Bank of England (BoE) memangkas suku bunga 25 bps ke level 4,25 persen.
Dari kawasan Asia, kebijakan moneter relatif lebih longgar, setelah China menurunkan 7 days reverse repo rate (7DRRR) sebesar 10 bps ke 1,4 persen.
Di sisi lain, tensi geopolitik masih tinggi, setelah ketegangan antara India dan Pakistan meningkat setelah adanya serangan dari dua negara tersebut.
Sementara itu, bursa saham AS Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Kamis (8/5), setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kerangka kesepakatan dagang dengan Inggris, yang menjadi perjanjian besar pertama sejak AS menerapkan tarif pre-emptive terhadap sebagian besar negara awal tahun ini.
Baca juga: Manchester United Melangkah ke Final Liga Europa Usai Bantai Athletic Bilbao
Indeks Dow Jones (DJIA) naik 0,62 persen, indeks S&P 500 menguat 0,58 persen dan indeks Nasdaq Composite naik 1,07 persen.
Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 493,46 poin atau 1,34 persen ke 37.422,69, indeks Shanghai melemah 3,48 poin atau 0,10 persen ke 3.348,87, indeks Kuala Lumpur menguat 3,01 poin atau 0,22 persen ke 1.545,55, dan indeks Strait Times menguat 24,78 poin atau 0,64 persen ke 3.873,79.
Bergeser ke nilai tukar rupiah, pada pembukaan perdagangan Jumat pagi (9/5) di Jakarta melemah sebesar 47 poin atau 28 persen menjadi Rp16.549 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.502 per dolar AS.