Ntvnews.id, Karawang - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, meresmikan peletakan batu pertama proyek ekosistem baterai kendaraan listrik terbesar di Asia, yang digagas oleh konsorsium ANTAM–IBC–CBL. Bertempat di kawasan Artha Industrial Hill & Karawang New Industry City.
“Saya percaya dan saya sadar betapa acara ini bersejarah, dan punya nilai strategis,” ujar Prabowo.
Prabowo menekankan pentingnya hilirisasi dalam proyek ini dan membeberkan sudah ada sejak dari masa Presiden Indonesia pertama.
"cita-cita hilirisasi sudah sangat lama dari Bung Karno dan Presiden-Presiden kita selanjutnya juga bercita-cita dan melaksanakan hilirisasi. Melaksanakan.” ujarnya.
Baca Juga: Prabowo Resmikan Pembangunan Proyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi
Ia menegaskan program ini dilanjutkan oleh Presiden Jokowi.
"program ini, proyek ini mulai empat tahun yang lalu.” jelasnya.
Presiden juga memberi apresiasi kepada para pemimpin terdahulu.
“saya ingin mengajak seluruh masyarakat untuk selalu menghormati pendahulu, sejarah suatu bangsa adalah sejarah yang panjang, pembangunan bangsa adalah perjalanan yang sangat panjang. Bisa dikatakan long march.” jelasnya.
Mengenai kemitraan strategis, Prabowo menyatakan bahwa groundbreaking ini merupak bukti serius pemimpin-pemimpin Indonesia
“groundbreaking ini bukti keseriusan para pimpinan kita, Kita bisa bekerja sama, bisa dikatakan kolosal bisa dikatakan terobosan luar biasa.” jelasnya.
Ia menyoroti energi terbarukan yang ramah lingkungan.
"Dari sini kita bisa menghasilkan energi terbarukan, dan ramah lingkungan seluruh dunia.” ucapnya.
Baca Juga: Presiden Prabowo dan PM Anwar: Sahabat Lama, Mitra Strategis
Prabowo juga mengungkapkan target swasembada energi.
“bangsa kita ini sungguh-sungguh bisa swasembada energi. Lima tahun, paling lambat enam tahun, kita bisa swasembada energi.” jelasnya.
Untuk mencapai itu, listrik tenaga surya dan baterai adalah kunci. Ia optimistis terhadap kapasitas proye.
“laporannya menghasilkan 15 gigawatt, perlu mungkin 100 gigawatt proyek ini harus dilipat gandakan.” tuturnya.
Di penghujung pidatonya, Presiden mengungkapkan semangat kolaborasi.
"Di tengah dunia penuh konflik, kawasan kita penuh perdamaian, Indonesia selalu memilih kerja sama, persahabatan di atas permusuhan.” jelasnya.
Proyek tersebut terdiri dari total enam usaha patungan (Joint Venture/JV) mulai dari proyek hulu hingga hilir. Detailnya, JV satu hingga tiga merupakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.
Hulu:
JV 1: Proyek pertambangan nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA) kapasitas produksi nikel saprolite 7,8 juta wet metric ton (wmt) dan limonite 6 juta wmt, total 13,8 juta wmt dengan porsi kepemilikan saham PT Antam sebesar 51% dan CBL sebesar 49%. Proyek ini sudah mulai berproduksi sejak tahun 2023 lalu.
JV 2: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Feni Haltim (FHT) kapasitas 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT Antam sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2027 mendatang.
JV 3: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO) kapasitas 55 ribu ton MHP per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT Antam sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.
Hilir:
JV 4: Proyek material baterai yang akan memproduksi bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.
JV 5: Proyek sel baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB) berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC). Proyek ini terbagi menjadi fase 1 dengan kapasitas 6,9 GWh/tahun dan fase 2 kapasitas 8,1 GWh/tahun, total kapasitas 15 GWh/tahun. Adapun, porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2026 mendatang untuk fase 1, dan pada tahun 2028 mendatang untuk fase 2.
JV 6: Proyek daur ulang baterai berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kapasitas 20 ribu ton logam/tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT IBC sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan tahun 2031 mendatang.
Khusus JV 5, fase 1 proyek sel baterai jenis Li-ion tersebut ditargetkan mulai beroperasi total pada akhir 2026 mendatang.
Sedangkan, pada fase kedua proyek JV 5 yang nantinya akan beroperasi dengan kapasitas hingga 15 GWh/tahun ditargetkan beroperasi pada tahun 2028 mendatang.