BI: Ekonomi Global Masih Melambat Akibat Kebijakan Tarif Amerika Serikat

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Okt 2025, 14:47
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan materi konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Oktober 2025 secara daring, di Jakarta, Rabu 22 Oktober 2025. ANTARA/Rizka Khaerunnisa Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan materi konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Oktober 2025 secara daring, di Jakarta, Rabu 22 Oktober 2025. ANTARA/Rizka Khaerunnisa (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai perekonomian global masih menunjukkan tren perlambatan akibat kebijakan tarif yang diterapkan Amerika Serikat (AS), yang turut mendorong ketidakpastian ekonomi dunia tetap tinggi.

“Perkembangan global ini menuntut kewaspadaan dan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak rambatan ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global yang masih tinggi tersebut terhadap perekonomian domestik,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu.

Perry menjelaskan, AS kembali menerapkan tarif tambahan terhadap sejumlah sektor, seperti farmasi, mebel, dan otomotif sejak 1 Oktober 2025. Selain itu, AS juga mengumumkan rencana pengenaan tarif tambahan sebesar 100 persen terhadap produk asal Tiongkok.

Menurut BI, kebijakan tersebut mulai berdampak terhadap perdagangan internasional. “Berbagai indikator menunjukkan kebijakan tarif AS memperlemah kinerja perdagangan global, tercermin dari melambatnya ekspor dan impor di sebagian besar negara,” terang Perry.

Baca Juga: Perang Tarif AS-China Memanas, Menkeu Purbaya: Biar Saja Mereka Berantem, Kita Untung

Di Amerika Serikat sendiri, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi masih lesu, yang turut memicu penurunan kondisi ketenagakerjaan. Adapun perekonomian di Jepang, Eropa, dan India juga belum menunjukkan penguatan berarti meski telah mendapatkan dorongan dari stimulus fiskal dan moneter.

Sementara itu, ekonomi Tiongkok pada triwulan III-2025 menunjukkan peningkatan, didorong oleh kebijakan stimulus fiskal pemerintahnya. Secara keseluruhan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 mencapai 3,1 persen, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3 persen.

Lebih lanjut, Perry menuturkan bahwa peluang penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate) semakin terbuka, sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan yang melemah di Negeri Paman Sam.

“Sejalan dengan itu, imbal hasil (yield) US Treasury jangka pendek kembali menurun dan indeks mata uang dolar AS (DXY) cenderung melemah. Aliran modal ke emerging market pun masih berfluktuasi di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” papar Perry.

(Sumber : Antara)

x|close