Ntvnews.id, Jakarta - Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto, menyampaikan perhatian serius terkait masalah pengelolaan sampah yang dinilai masih jauh dari kata paripurna di Indonesia saat ini. Dalam sebuah pernyataan, Bima Arya menyoroti ketidakseimbangan pengelolaan sampah dari hulu ke hilir yang menjadi kendala utama.
“Sampah adalah satu masalah yang jauh dari paripurna di republik kita hari ini. Pengelola sampah kita belum ada yang dari hulur ke hilir itu selesai,” ujar Bima Arya.
Menurutnya, beberapa wilayah sudah menerapkan teknologi seperti insinerator di ujung rantai pengelolaan, namun pengelolaan dari hulu, seperti proses memilah dan memilih sampah, belum sepenuhnya efektif dan merata.
Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto, di acara Nusantara Energy Forum 2025 (Youtube)
“Ada yang di ujungnya saja insinerator beberapa titik tapi di hulurnya belum. Ada yang mulai bagus di hulurnya memilah dan memilih tetapi pada rantai siklus selanjutnya belum tergarap,” jelasnya.
Ia membandingkan kondisi pengelolaan sampah Indonesia dengan negara-negara seperti Korea, Jepang, Singapura, dan Malaysia yang dinilai sudah jauh lebih maju dan terorganisir.
“Jauh dibandingkan Korea, Jepang apalagi yang dekat-dekat dari Singapura dan Malaysia, pengelolaan sampah kita masih fair banget di republik ini.”
Bima Arya menegaskan bahwa pengelolaan sampah yang efektif merupakan bagian penting dari visi Indonesia menjadi salah satu dari lima ekonomi terbesar di dunia dalam 20 tahun ke depan, yang sering disebut sebagai “Indonesia Emas.”
“Apakah Indonesia emas, bonus demografi, dan middle income trap itu bisa kita rebut dan kita taklukan apabila kondisi iklim kita dan energi terbarukan kita masih seperti saat ini? Jawabannya adalah tidak,” ujarnya menegaskan.
Ia mengingatkan bahwa dalam rencana pemenangan jangka panjang bangsa ini, pengelolaan lingkungan dan energi terbarukan memegang peranan krusial demi keberlanjutan dan kemajuan Indonesia.