Ntvnews.id, Jakarta - Idul Adha bukan sekadar hari raya besar dalam Islam. Lebih dari itu, Idul Adha mengandung makna spiritual yang mendalam tentang keikhlasan, pengorbanan, dan ketaatan kepada Allah SWT. Perayaan yang jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah ini tidak hanya dirayakan dengan menyembelih hewan kurban, tetapi juga menjadi momentum refleksi bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Asal Usul dan Esensi Kurban
Idul Adha berasal dari kisah Nabi Ibrahim AS yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, sebagai bentuk ketaatan total kepada Allah SWT. Namun atas izin-Nya, Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba. Kisah dalam Al-Qur'an Surah As-Saffat ayat 102–107 menekankan bahwa kemuliaan dan kasih sayang Allah SWT akan membalas ujian iman dan ketakwaan.
Dari kisah ini, umat Muslim diajarkan bahwa pengorbanan bukan hanya tentang materi; itu juga berarti melepaskan ego, nafsu, dan hal-hal duniawi lainnya yang menghalangi hubungan dengan Allah. Kurban benar-benar menunjukkan kesetiaan penuh kepada Tuhan.
Kurban: Wujud Empati dan Keadilan Sosial
Idul Adha tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga merupakan waktu penting untuk membangun ikatan sosial. Hewan kurban diberikan kepada orang miskin dan kurang mampu untuk menunjukkan rasa kasih sayang dan kepedulian kepada orang lain. Ini menunjukkan bahwa rezeki kita adalah titipan yang harus kita berikan kepada yang kurang beruntung.
Prinsip keadilan distribusi diajarkan melalui kurban dari sudut pandang sosial. Daging kurban harus dibagikan kepada yang membutuhkan, seperti yang dinyatakan dalam ayat 36 dari surah Al-Hajj. Tradisi ini menumbuhkan semangat untuk berbagi dan mempererat hubungan antarumat.
Baca juga: Libur Panjang Idul Adha, Penumpang Kereta Api Tembus 989 Ribu Orang
Idul Adha di Era Modern: Ujian Baru dalam Pengorbanan
Di zaman digital dan gaya hidup yang serba instan, memahami makna Idul Adha menjadi tantangan tersendiri. Banyak orang menganggap kurban sebagai simbol tahunan tanpa mempertimbangkan makna spiritualnya. Kurban saat ini, bagaimanapun, dapat berbentuk lebih luas, seperti mengorbankan waktu untuk orang tua, menahan ego dalam rumah tangga, atau melepaskan tujuan pribadi demi kebaikan bersama.
Selain itu, pengorbanan juga dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan, menghindari penyimpangan dari makanan hewan kurban, dan memastikan distribusi hewan kurban dilakukan secara adil dan jelas. Ini menunjukkan bahwa prinsip Idul Adha dapat diterapkan dalam konteks tertentu dan relevan dengan situasi saat ini.
Menggali Spiritualitas Lewat Ibadah Haji
Idul Adha juga dikenal sebagai Hari Raya Haji karena bertepatan dengan puncak ibadah haji di Arafah. Ibadah haji sendiri merupakan bentuk puncak pengorbanan harta, tenaga, dan waktu demi memenuhi panggilan Allah. Ini mengingatkan umat Muslim untuk senantiasa memiliki cita-cita spiritual yang tinggi dalam kehidupan mereka, dan tidak hanya mengejar kenikmatan duniawi.