Teknologi sabo ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 1970 sejak kedatangan seorang tenaga ahli di bidang teknik sabo dari Jepang, Mr. Tomoaki Yokota.
Saat itu teknologi sabo dipandang sebagai salah satu alternatif terbaik dalam rangka upaya penanggulangan bencana alam akibat erosi, aliran sedimen dan proses sedimentasi di Indonesia.
Terinspirasi dari kesuksesan Sabo Dam di Merapi, pemerintah Sumatera Barat berencana untuk membangun Sabo Dam di beberapa sungai yang berhulu di Gunung Marapi dan Singgalang.
Hal ini dilakukan untuk mencegah terulangnya tragedi banjir bandang yang baru-baru ini melanda wilayah tersebut.
Banjir bandang di Sumatera Barat pada (11/5/2024), telah menyebabkan kerusakan parah dan memakan banyak korban jiwa.
Pemerintah setempat meyakini bahwa pembangunan Sabo Dam dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali.