Ntvnews.id, Lebanon - Israel kembali melanggar gencatan senjata dengan melancarkan tiga serangan udara ke wilayah Lebanon selatan pada Kamis, 2 Januari 2025. Insiden ini menambah daftar panjang pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah berlaku sejak 27 November 2024.
Melansir dari Antara, laporan National News Agency (NNA) Lebanon, serangan pertama terjadi di Barij, area di utara Iqlim Al-Tuffah, Distrik Nabatieh.
Serangan kedua menyasar wilayah antara Zhalta dan Jbaa di distrik yang sama. Sementara itu, serangan ketiga menghantam Gunung Al-Rihan di Distrik Jezzine, Lebanon selatan.
Militer Israel mengatakan bahwa serangan ini bertujuan menghancurkan infrastruktur militer Hizbullah.
"Selain itu, situs militer lain di wilayah Nabatieh, bersama dengan platform peluncur roket tambahan, juga menjadi target," ungkap pernyataan tersebut.
Orang-orang membersihkan puing-puing bangunan yang rusak setelah serangan udara Israel di Beirut, Lebanon, 11 Oktober 2024. (Antara)
Namun, tindakan ini dianggap melanggar ketentuan gencatan senjata yang mengharuskan Israel menarik pasukannya ke selatan Garis Biru, yaitu perbatasan de facto antara kedua negara. Sebaliknya, pasukan Lebanon diharuskan mengambil alih wilayah tersebut dalam waktu 60 hari.
Pelanggaran yang terjadi pada Kamis ini menambah total insiden pelanggaran gencatan senjata oleh Israel menjadi 349 kasus, berdasarkan data otoritas Lebanon yang dihimpun oleh Anadolu. Sebelumnya, patroli Israel bahkan memasuki kota Beit Lif di Lebanon selatan untuk pertama kalinya sejak perjanjian gencatan berlaku.
Sejak dimulainya serangan Israel ke Lebanon pada 8 Oktober 2023, situasi kemanusiaan di Lebanon semakin memburuk. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Lebanon, sebanyak 4.063 orang tewas, termasuk perempuan, anak-anak, dan petugas kesehatan. Selain itu, lebih dari 16.664 orang terluka akibat konflik berkepanjangan ini.