33 Warga Rohingya Ditahan Bangladesh karena Melintas Secara Ilegal

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Feb 2025, 15:28
thumbnail-author
Adiansyah
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Etnis Rohingya di Aceh Etnis Rohingya di Aceh (Antara)

Ntvnews.id, Dhaka - Bangladesh melalui pasukan penjaga perbatasan, berhasil menahan 33 warga Rohingya yang berusaha melintas secara ilegal melalui zona perbatasan Alikadam di distrik Bandarban, yang terletak di bagian tenggara negara tersebut.

Berdasarkan informasi, menurut pejabat penjaga perbatasan sebanyak 33 orang yang ditahan terdiri dari sembilan wanita, sepuluh pria, dan 14 anak-anak.

Mereka ditangkap oleh tim patroli penjaga perbatasan pada Sabtu lalu, setelah pihak berwenang memperoleh informasi intelijen mengenai keberadaan mereka di kawasan tersebut.

Para warga Rohingya tersebut ditemukan mencari perlindungan di sebuah kantor proyek penampungan di Alikadam, yang selama ini digunakan sebagai tempat perlindungan sementara bagi para pengungsi.

Arsip foto - Imigran Rohingya di Pantai Leuge, Kecamatan Pereulak, Kabupaten Aceh Timur, Rabu (29/1/2025) <b>(Antara)</b> Arsip foto - Imigran Rohingya di Pantai Leuge, Kecamatan Pereulak, Kabupaten Aceh Timur, Rabu (29/1/2025) (Antara)

Badruddin Kamal, seorang pejabat penjaga perbatasan, menjelaskan bahwa para warga Myanmar yang ditahan telah menyusup ke Bangladesh melalui jalur-jalur perantara.

Mereka berharap bisa memperoleh kehidupan yang lebih aman setelah melarikan diri dari kekerasan yang terus meningkat di Myanmar akibat konflik antara pemerintah junta Myanmar dan kelompok pemberontak Tentara Arakan. Saat ini, proses pemulangan paksa terhadap 33 warga Rohingya tersebut sedang berlangsung.

Krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar, khususnya di negara bagian Rakhine, telah menjadi pemicu utama arus pengungsi Rohingya yang terus meningkat. Sejak Agustus 2017, lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari tindakan keras militer yang brutal di Myanmar.

Konflik antara tentara Myanmar dan kelompok pemberontak Tentara Arakan telah menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi warga sipil, dengan banyak di antaranya yang terpaksa meninggalkan rumah mereka demi menyelamatkan diri.

Setiap tahun, ribuan Rohingya mencoba melintasi perbatasan Bangladesh untuk mencari perlindungan dari kekerasan yang tak kunjung reda di tanah air mereka. Namun, sementara Bangladesh terus menerima pengungsi, tantangan untuk menangani beban ini semakin berat.

 Imigran etnis Rohingya di penampungan sementara di Desa Seunebok Rawang, Kecamatan Pereulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh <b>((Antara))</b> Imigran etnis Rohingya di penampungan sementara di Desa Seunebok Rawang, Kecamatan Pereulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh ((Antara))

Bangladesh, meskipun sangat terbuka dan membantu, terbebani dengan masalah pengungsi yang kian membesar di wilayah perbatasan, khususnya di distrik Cox’s Bazar.

Cox’s Bazar, sebuah distrik di tenggara Bangladesh, kini menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 1,2 juta pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan militer Myanmar. Kamp-kamp pengungsi di daerah ini sudah sangat padat, dengan banyak pengungsi yang hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Terlepas dari bantuan internasional yang terus mengalir, banyak pengungsi yang masih kesulitan untuk mendapatkan akses ke layanan dasar seperti air bersih, sanitasi, pendidikan, dan perawatan medis.

Kepala pemerintahan transisi Bangladesh, Muhammad Yunus, dalam pernyataannya bulan lalu mengungkapkan bahwa lebih dari 100.000 Rohingya baru telah melintasi perbatasan Bangladesh, dan mereka sekarang tinggal di kamp-kamp pengungsi yang semakin padat.

Situasi ini tentu saja memberikan tekanan besar pada sumber daya yang ada di Bangladesh, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun infrastruktur.

(Sumber Antara)

x|close