Dirjen KSDAE Kemenhut Satyawan Pudyatmoko dalam acara (Antara)
Ntvnews.id, Jakarta - Survei populasi macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang dilakukan oleh Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bekerja sama dengan Yayasan SINTAS Indonesia telah mendeteksi keberadaan spesies tersebut di enam dari tujuh bentang alam yang telah dianalisis.
Survei ini, yang dimulai pada Februari tahun lalu, bertujuan untuk mengetahui jumlah pasti macan tutul Jawa yang tersisa di Pulau Jawa guna menyusun strategi konservasi yang efektif. Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko, menyatakan bahwa strategi konservasi yang tepat memerlukan data populasi, habitat, dan ancaman yang dihadapi oleh spesies tersebut.
Baca juga: IKN Bangun Terowongan Perlintasan Satwa Buat Jalan Beruang Madu
Hingga saat ini, pemasangan kamera jebak telah dilakukan di 10 bentang alam, dengan tujuh di antaranya telah dianalisis. Hasil analisis menunjukkan keberadaan macan tutul Jawa di enam bentang alam, yaitu Rawa Danau, Gunung Burangrang, Gunung Ciremai, Sindoro-Dieng, Panusupan, dan bagian selatan Bromo Tengger-Semeru. Namun, di bentang alam Merapi-Merbabu, kamera jebak tidak mendeteksi keberadaan macan tutul Jawa.
Direktur Yayasan SINTAS Indonesia sekaligus ahli biologi, Hariyo Wibisono, menyebut bahwa survei yang dilakukan sejauh ini belum dapat memberikan gambaran populasi yang utuh dari macan tutul Jawa. Identifikasi individu memerlukan analisis pola totol pada tubuh macan tutul, yang menjadi tantangan tersendiri terutama untuk varian berwarna hitam.
Survei ini direncanakan mencakup 21 bentang alam di seluruh Pulau Jawa. Data yang diperoleh akan menjadi dasar dalam menyusun strategi konservasi yang mempertimbangkan populasi, habitat, dan ancaman terhadap macan tutul Jawa, sehingga intervensi yang dilakukan dapat tepat sasaran.
(Sumber: Antara)
Ikuti Whatsapp Channel NTVNEWS.ID
