Ntvnews.id, Sanaa - Serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah lokasi Houthi di Yaman utara telah menewaskan 50 orang dan melukai sedikitnya seratus satu lainnya, menurut laporan Al Jazeera pada Minggu, 16 Maret.
Jumlah korban tewas diperkirakan masih akan bertambah seiring dengan berlanjutnya serangan udara AS di berbagai wilayah Yaman.
Korban jiwa dilaporkan tersebar di beberapa lokasi, termasuk ibu kota Yaman, Sanaa; Provinsi Saada di Yaman utara, yang merupakan benteng utama Houthi; serta sejumlah provinsi lain yang berada di bawah kendali kelompok tersebut.
Baca Juga : Serangan Udara AS di Yaman: 50 Orang Tewas, 100 Terluka
Aksi militer AS, yang dimulai pada Sabtu 15 Maret, menghantam kawasan permukiman Al-Jarraf di Sanaa utara, disusul oleh serangkaian serangan di area permukiman Shoab di Sanaa timur, seperti dilaporkan oleh saluran televisi Al-Masirah yang dikelola Houthi.
Serangan terbaru juga menargetkan beberapa lokasi di bagian utara Kota Saada, ibu kota provinsi dengan nama yang sama, yang menjadi benteng utama kelompok Houthi di Yaman utara.
Menurut sejumlah warga, serangan di Sanaa menargetkan depot amunisi dan roket yang berlokasi di dekat stasiun televisi milik negara yang dikuasai oleh Houthi di kawasan permukiman Al-Jarraf.
Gumpalan asap putih terlihat membubung tinggi dari area tersebut, disusul serangkaian ledakan yang terjadi setelah serangan udara, menurut keterangan beberapa saksi mata.
Baca Juga : Rencana Perdamaian Yaman Terhambat, Houthi Salahkan AS
Serangan ini menjadi operasi militer pertama yang dilakukan oleh AS terhadap lokasi-lokasi Houthi sejak Presiden Donald Trump mulai menjabat pada Januari tahun ini dan kembali menetapkan kelompok tersebut sebagai "organisasi teroris asing."
Melalui unggahan di platform media sosial Truth Social, Trump menyatakan bahwa serangan udara terhadap "basis, pemimpin, dan pertahanan rudal teroris" bertujuan untuk melindungi aset perkapalan, udara, dan laut AS, sekaligus memulihkan kebebasan navigasi.
Ia juga memperingatkan Houthi bahwa jika mereka tidak menghentikan serangan, "mulai saat ini... malapetaka akan menghujani kalian seperti yang belum pernah kalian lihat sebelumnya."
Sementara itu, Komando Pusat AS membagikan rekaman di media sosial X yang memperlihatkan jet-jet tempur lepas landas dari kapal induk AS di Laut Merah.
Baca Juga : Yaman dan AS Dilaporkan Terlibat Bentrokan di Laut Merah
Sementara itu, Komando Pusat AS membagikan rekaman di media sosial X yang memperlihatkan jet-jet tempur lepas landas dari kapal induk AS di Laut Merah.
Mereka menyatakan bahwa aksi tersebut merupakan awal dari "serangkaian operasi yang mencakup serangan presisi terhadap target-target Houthi yang didukung Iran di seluruh Yaman, dengan tujuan melindungi kepentingan AS, menangkis ancaman musuh, dan memulihkan kebebasan navigasi."
Menanggapi serangan udara AS, kelompok Houthi bersumpah akan melancarkan serangan balasan. Dalam siaran di stasiun TV Al Masirah, mereka menegaskan bahwa "agresi ini tidak akan dibiarkan tanpa tanggapan" serta menekankan bahwa mereka "siap sepenuhnya menghadapi eskalasi dengan eskalasi."
Pada Selasa 11 Maret, Houthi mengumumkan rencana untuk kembali menyerang kapal-kapal Israel di Laut Merah, Laut Arab, Teluk Aden, dan Selat Bab al-Mandab.
Kelompok bersenjata yang setia kepada kelompok Houthi berpartisipasi dalam unjuk rasa suku yang mendukung dimulainya kembali serangan terhadap kapal-kapal Israel, di Sanaa, Yaman, pada 11 Maret 2025. (Antara)
Baca Juga : AS Serang 5 Lokasi Penyimpanan Senjata Bawah Tanah Milik Houthi di Yaman
Mereka menyatakan bahwa aksi tersebut akan terus berlanjut hingga perlintasan-perlintasan di Jalur Gaza dibuka kembali dan bantuan kemanusiaan diizinkan masuk.
Sejak November dua ribu dua puluh tiga hingga sembilan belas Januari dua ribu dua puluh lima, kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah di Yaman utara termasuk ibu kota Sanaa, telah melancarkan serangan drone dan rudal terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel serta kota-kota di Israel.
Serangan ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di tengah konflik yang berlangsung antara Israel dan Hamas.
Houthi menghentikan serangan mereka pada sembilan belas Januari, bertepatan dengan dimulainya penerapan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
(Sumber Antara)