Ntvnews.id, Washington DC - Presiden China, Xi Jinping, mengadakan kunjungan ke Vietnam sebagai bagian dari rangkaian perjalanannya ke Asia Tenggara.
Dalam kunjungan tersebut, ia secara gamblang menolak tindakan intimidatif sepihak, meski tidak secara langsung menyebut Amerika Serikat. Kunjungan Xi ini kemudian mendapatkan tanggapan dari Presiden Donald Trump, yang menyebut bahwa langkah tersebut bertujuan untuk "mengacaukan" AS.
Vietnam menjadi salah satu destinasi dalam lawatan Xi ke Asia Tenggara, selain Malaysia dan Kamboja. Beijing memanfaatkan momentum ini untuk memosisikan diri sebagai mitra yang lebih stabil dibandingkan Trump, di tengah ketidakpastian akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat.
Dilansir dari AFP, Rabu, 16 APril 2025, dalam pernyataannya, Xi mengajak Vietnam dan negaranya untuk “menentang intimidasi sepihak dan menegakkan stabilitas sistem perdagangan bebas global”.
Baca Juga: China Batasi Visa AS Terkait Isu Xizang
Beberapa jam kemudian, Trump memberikan komentarnya dari Gedung Putih, mengatakan bahwa pertemuan antara Xi dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, To Lam, dimaksudkan untuk merugikan AS.
“Saya tidak menyalahkan China. Saya tidak menyalahkan Vietnam. Saya tidak menyalahkan mereka. Saya melihat mereka bertemu hari ini, dan itu luar biasa,” ujar Trump.
“Itu pertemuan yang baik... seperti berupaya mencari tahu, bagaimana mengacaukan Amerika Serikat,” tambahnya.
Selama kunjungan pada Senin, 14 April 2025, waktu setempat, China dan Vietnam menandatangani 45 kesepakatan kerja sama. Beberapa di antaranya mencakup sektor rantai pasok, kecerdasan buatan (AI), patroli maritim gabungan, serta pembangunan jaringan kereta api.
Dalam diskusinya bersama To Lam, Xi menyampaikan bahwa kedua negara “berada di titik balik sejarah ... dan harus bergerak maju dengan tangan terbuka”. Menurut Vietnam News Agency, Lam menyampaikan bahwa pembicaraannya dengan Xi menghasilkan “banyak kesepahaman penting dan menyeluruh”.
Kunjungan Xi ini dilakukan kurang dari dua pekan setelah Amerika Serikat — yang merupakan mitra dagang utama Vietnam — menetapkan tarif sebesar 46 persen terhadap produk-produk Vietnam, sebagai bagian dari kebijakan tarif global AS.
Baca Juga: China Gugat AS ke WTO soal Tarif Trump yang Terus Naik
Walaupun kebijakan tarif dari AS terhadap Vietnam dan sejumlah negara lain saat ini ditangguhkan, China masih menghadapi beban tarif yang berat dan kini berupaya memperkuat kerja sama perdagangan di kawasan, serta mengurangi dampak tersebut melalui kunjungan luar negeri pertamanya di tahun ini.
Setelah Vietnam, Xi dijadwalkan untuk melanjutkan perjalanannya ke Malaysia dan Kamboja. Pemerintah China menyebut bahwa kunjungan ini memiliki arti penting bagi stabilitas dan perkembangan kawasan secara keseluruhan.
Sebelumnya, Xi juga telah mendorong Vietnam dan China untuk “secara tegas mempertahankan sistem perdagangan multilateral, menjaga kestabilan rantai pasok dan industri global, serta menciptakan lingkungan internasional yang terbuka dan penuh kerja sama”.
Ia juga menegaskan bahwa “perang dagang dan perang tarif tidak akan menghasilkan pemenang, dan proteksionisme tidak akan membawa manfaat”.