Penjelasan Lengkap Mayjen Kristomei soal Ledakan Amunisi di Garut yang Tewaskan 13 Orang

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 13 Mei 2025, 09:21
thumbnail-author
Moh. Rizky
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Brigadir Jenderal TNI Kristomei Sianturi (tengah) menjawab pertanyaan wartawan di Markas Besar TNI. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Brigadir Jenderal TNI Kristomei Sianturi (tengah) menjawab pertanyaan wartawan di Markas Besar TNI. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Empat prajurit TNI turut menjadi korban tewas akibat ledakan amunisi kedaluwarsa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin, 13 Mei 2025. Mereka merupakan anggota TNI Angkatan Darat (AD).

Mereka ada di lokasi, karena merupakan petugas yang melaksanakan pemusnahan. Salah satu yang tewas ialah Kepala Gudang Amunisi 3 Pusat Peralatan Angkatan Darat (Puspalad), Kolonel Cpl. Antonius Hermawan. Antonius.

Lalu ada Mayor Cpl Anda Rohanda, Kopda Eri Priambodo, dan Pratu Aprio Setiawan. Lantas, mengapa petugas yang melaksanakan pemusnahan bisa jadi korban?

Adapun selain prajurit TNI, warga sipil juga korban dalam peristiwa ini. Ada sembilan warga yang tewas akibat ledakan amunisi kedaluwarsa.

Menurut Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi warga sipil bisa ikut tewas kemungkinan karena terkena ledakan susulan dari amunisi yang dimusnahkan.

Warga memang biasa mendatangi lokasi guna mencari keuntungan dari mengumpulkan logam bekas hasil ledakan amunisi yahh dimusnahkan.

"Memang biasanya di sana apabila selesai peledakan, masyarakat datang untuk mengambi sisa-sisa peledakan tadi, apakah sisa-sisa logamnya yang dikumpulkan, tembaga, atau besi bekas granat, mortir," ujar Kristomei.

"Mungkin ada ledakan kedua atau detonator yang belum meledak sebelumnya, sehingga ketika masyarakat datang ke sana terjadi ledakan susulan," imbuhnya.

Dalam rekaman video yang beredar, memang nampak sejumlah warga berbondong-bondong ke lokasi ledakan. Mereka seperti balapan menggunakan sepeda motor, untuk sampai ke titik lokasi usai ledakan terjadi.

Dengan demikian, kemungkinan empat prajurit TNI yang bertugas melakukan pemusnahan, tewas akibat ledakan kedua. Bisa juga mereka tak sadar akan adanya ledakan kedua, seperti halnya para warga.

Atau, saat hendak menghalau warga yang masuk ke lokasi usai ledakan pertama, karena merasa belum aman, mereka juga ikut terkena ledakan kedua.

Sejauh ini belum dijelaskan mengapa prajurit TNI yang melakukan pemusnahan amunisi, bisa turut jadi korban.

Walau demikian, Kristomei menegaskan, amunisi kedaluwarsa berbahaya karena dapat meledak sewaktu-waktu. Karenanya, pemusnahan pun dilakukan.

Adapun lokasi pemusnahan amunisi adalah tanah milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Garut. Kristomei mengatakan lahan tersebut rutin digunakan untuk pemusnahan amunisi kedaluwarsa.

"Lahan yang digunakan adalah lahan milik BKSDA Kabupaten Garut yang memang sudah rutin digunakan untuk pemusnahan amunisi expired," tandasnya.

x|close