Ntvnews.id, Swiss - Dalam pertemuan tingkat tinggi antara China dan Amerika Serikat (AS) terkait isu ekonomi dan perdagangan yang baru saja berakhir di Swiss, kedua negara berhasil menjalin komunikasi yang terbuka, mendalam, dan membangun di berbagai sektor. Pertemuan ini menghasilkan sejumlah kesepahaman penting dan mencerminkan kemajuan nyata dalam hubungan bilateral.
Dilansir dari Reuters, Selasa, 13 Mei 2025, Peristiwa ini merupakan langkah signifikan menuju penyelesaian perbedaan melalui dialog setara dan konsultasi, serta menjadi fondasi bagi upaya menutup kesenjangan dan memperluas kerja sama di masa mendatang.
Sebagai dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, kontribusi gabungan China dan AS menyumbang lebih dari sepertiga PDB global, dan perdagangan di antara keduanya mewakili sekitar 20% dari total perdagangan dunia. Karena itu, hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara sangat vital bagi stabilitas perekonomian global.
Baca Juga: Tok! AS Turunkan Tarif Dagang Jadi 30 Persen, China Ikut Pangkas 10 Persen
Di tengah perlambatan pemulihan ekonomi dunia dan meningkatnya ketegangan geopolitik, menjaga komunikasi terbuka antara China dan AS menjadi semakin krusial.
Pencapaian dalam pertemuan ini mencerminkan keseriusan kedua pihak dalam mengelola ketidaksepakatan dan menemukan titik temu, meski dalam situasi global yang kompleks.
China terus menerapkan pendekatan yang konsisten dan membangun dalam berinteraksi dengan AS di bidang ekonomi, dengan tujuan untuk mengarahkan hubungan bilateral kembali ke jalur yang stabil dan sehat melalui jalur dialog. Di sisi lain, AS juga menunjukkan niat yang positif untuk berpartisipasi dalam proses tersebut.
Meski demikian, dampak negatif dari kebijakan sepihak yang diterapkan sebelumnya tidak bisa diabaikan. Selama beberapa minggu terakhir, tarif yang diberlakukan secara unilateral oleh AS telah menimbulkan efek besar, tidak hanya terhadap ekonomi kedua negara, tetapi juga terhadap sistem perekonomian global. Di dalam negeri, konsumen dan pelaku usaha AS menanggung biaya yang lebih tinggi, seiring meningkatnya tekanan inflasi.
Secara global, tarif-tarif ini mengganggu rantai pasokan dan merusak stabilitas industri internasional, serta melemahkan sistem perdagangan multilateral berbasis aturan.
Lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia berulang kali menekankan bahwa meningkatnya proteksionisme menjadi salah satu ancaman terbesar bagi proses pemulihan ekonomi dunia. Dalam konteks tersebut, hasil positif dari dialog China-AS terbaru membawa sinyal penting bagi stabilitas dan prediktabilitas global.
Baca Juga: Xi Jinping Kunjungi Moskow, Serukan Penguatan Hubungan Strategis China-Rusia
Pencapaian dari perundingan ini menegaskan kembali bahwa bagi kekuatan besar dunia, penyelesaian perbedaan secara konstruktif dan setara, bukan melalui konfrontasi, merupakan satu-satunya jalan yang efektif.
Dengan latar belakang kepentingan nasional yang berbeda, perbedaan sudut pandang merupakan hal yang wajar. Yang utama adalah bagaimana perbedaan tersebut dikelola dengan saling menghormati kepentingan inti masing-masing dan dilakukan melalui dialog berkelanjutan.
Tak ada satu pun negara yang akan menyerahkan hak sahnya untuk berkembang hanya karena tekanan yang tidak rasional. Dengan berdialog secara setara, kedua pihak dapat menyampaikan kekhawatiran mereka, memperjelas kesalahpahaman, dan mencari akar penyebab dari berbagai friksi yang muncul.
Amerika Serikat sendiri berkepentingan menjaga hubungan ekonomi yang stabil dan saling menguntungkan dengan China. Kerja sama selama puluhan tahun di bidang perdagangan, jasa, dan investasi telah menghasilkan keuntungan nyata bagi masyarakat dan pelaku usaha di kedua negara. Meskipun tensi sempat meningkat, kepentingan bersama yang telah terbangun tetap kokoh.
China secara konsisten menyuarakan bahwa perselisihan ekonomi seharusnya diselesaikan melalui dialog yang logis dan saling menghormati, bukan melalui tekanan atau ancaman. Tindakan koersif sepihak justru memperburuk situasi, meningkatkan risiko, dan merugikan kepentingan jangka panjang kedua pihak.
Terselenggaranya pertemuan tingkat tinggi ini menjadi kemajuan yang positif dalam hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara, serta menjadi landasan penting bagi kelanjutan dialog dan negosiasi ke depan.
Walau dimulainya kembali dialog patut disambut baik, China juga menyadari bahwa penyelesaian masalah antara kedua negara tidak akan mudah, melainkan akan menjadi proses panjang yang penuh tantangan.
Kedua belah pihak perlu menjaga momentum komunikasi yang telah terbangun, mengelola perbedaan dengan hati-hati, memperluas kesepahaman, dan membangun kembali rasa saling percaya melalui konsultasi yang setara.
Lebih jauh, China dan AS diharapkan mampu memandang hubungan bilateral mereka—yang merupakan salah satu relasi paling signifikan di dunia—dengan perspektif jangka panjang dan visi strategis, sambil tetap mengedepankan kesejahteraan rakyat serta stabilitas dan kemakmuran global.
Meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan serta mengelola ketidaksepahaman dengan saling menghormati bukan hanya menjadi tanggung jawab dua negara besar ini, tetapi juga merupakan harapan dari komunitas internasional secara luas.