Donald Trump Bakal Hadiri Negosiasi Damai Rusia-Ukraina di Turki

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Mei 2025, 06:30
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (Foto: Reuters) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. (Foto: Reuters)

Ntvnews.id, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesediaannya untuk ikut serta dalam pertemuan potensial antara Ukraina dan Rusia yang direncanakan berlangsung di Turki pada akhir pekani ini.

Sementara itu, negara-negara Eropa terus mendesak Rusia agar menyetujui gencatan senjata selama 30 hari dalam konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.

Dilansir dari AFP, Rabu, 14 Mei 2025, pernyataan Trump muncul sehari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyampaikan rencana kunjungannya ke Istanbul dan kesiapan untuk bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Berbicara kepada media di Gedung Putih, Trump menyebut bahwa pertemuan di Istanbul berpeluang menghasilkan kemajuan penting. Ia menyatakan keinginannya untuk hadir pada hari Kamis, 15 Mei 2025, di sela agenda kunjungan kenegaraannya ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar minggu ini.

Baca Juga: Sejarah, Donald Trump Kunjungi Timur Tengah

“Saya punya banyak agenda, tapi saya pertimbangkan serius untuk terbang ke Turki, jika saya merasa ada hasil nyata yang bisa dicapai. Tapi persoalan ini harus segera dituntaskan,” ucap

Trump sebelum memulai lawatan luar negeri keduanya sejak menjadi Presiden pada Januari lalu.

“Jangan remehkan potensi pertemuan Kamis di Turki.” tambahnya.

Sementara itu, dalam pidatonya di televisi, Zelenskiy menuturkan bahwa Rusia terus melancarkan serangan sepanjang garis depan dan belum memberi tanggapan terhadap ajakan pertemuan langsung.

“Penembakan masih terjadi, dan belum ada balasan dari Moskow. Ini adalah keheningan yang mencurigakan,” katanya.

Perundingan di Istanbul: Taruhan Tinggi

Pertemuan damai yang direncanakan di Turki merupakan usulan Presiden Putin yang disampaikan pada Minggu, 11 Mei 2025, meski ia belum menyatakan akan hadir langsung. Usulan ini muncul setelah Uni Eropa memperingatkan sanksi tambahan jika Rusia menolak gencatan senjata 30 hari.

Menurut Reuters, pada hari yang sama, Putin berbicara via telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menyatakan kesediaannya menjadi mediator. Erdogan kemudian menyampaikan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa dunia sedang berada di “titik balik sejarah” dan peluang ini tidak boleh disia-siakan, menurut pernyataan resmi dari kantor kepresidenan Turki.

Erdogan juga menyampaikan pesan serupa kepada Zelenskiy keesokan harinya. Trump turut memberi tekanan, menulis di media sosial Truth Social bahwa “Ukraina perlu menerima tawaran ini secepatnya.”

Menanggapi hal tersebut, Zelenskiy mencuit di platform X (dulu Twitter), “Saya akan menunggu Putin di Turki pada Kamis. Saya harap kali ini Rusia tidak mengelak lagi.”

Optimisme Trump, Tapi Harapan Tetap Terbatas

Trump telah menyampaikan keyakinan bahwa perundingan di Turki bisa membuahkan hasil positif. “Saya percaya bahwa pertemuan Kamis nanti bisa menghasilkan terobosan dan saya optimis kedua pemimpin akan hadir,” katanya.

Saat ditanya apakah AS akan menjatuhkan sanksi bila Putin menolak gencatan senjata 30 hari, Trump menjawab, “Saya yakin mereka akan setuju. Saya merasa begitu.”

Sementara itu, Jerman telah memperingatkan bahwa Uni Eropa tengah mempersiapkan sanksi tambahan terhadap Rusia jika Kremlin tidak menunjukkan komitmen pada gencatan senjata.

Baca Juga: Trump Berulah, Mau Ganti Nama Teluk Persia Jadi Teluk Arab

Militer Ukraina melaporkan bahwa Rusia melancarkan puluhan serangan pada Senin di garis depan Ukraina timur, termasuk serangan malam menggunakan lebih dari 100 drone, meskipun ada seruan gencatan senjata dari pihak Eropa dan Ukraina sendiri.

Presiden Zelenskiy menyampaikan bahwa Panglima Tertinggi Ukraina, Oleksander Syrskyi, menyebut pertempuran paling sengit masih terjadi di wilayah Donetsk dan juga di wilayah Kursk, Rusia bagian barat.

“Waktu terus berjalan,” kata juru bicara pemerintah Jerman dalam konferensi pers di Berlin, Senin, 12 Mei 2025.

Di sisi lain, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyatakan bahwa usulan gencatan senjata dari Eropa hanya bertujuan memberi waktu bagi Ukraina untuk memperkuat kembali militernya dan melanjutkan konflik dengan Rusia.

Namun demikian, masih belum jelas seberapa besar pengaruh sanksi baru dari Eropa terhadap Rusia, terutama jika Amerika Serikat tidak ikut memberlakukan tindakan serupa.

x|close