Ntvnews.id, Moskow - Situasi semakin memanas! Militer Rusia meluncurkan 355 drone ke wilayah Ukraina dalam waktu satu hari. Ini menjadi serangan drone terbesar yang dilakukan Rusia sejak invasi penuh Moskow ke Ukraina dimulai pada 2022.
Dilansir dari AFP, Selasa, 27 Mei 202t, Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa Rusia menembakkan "355 drone tipe Shahed" serta sembilan rudal jelajah. Yuriy Ignat, juru bicara Angkatan Udara Ukraina, mengonfirmasi kepada AFP bahwa serangan drone ini merupakan yang terbesar sejak invasi skala besar Rusia pada Februari 2022.
Hingga kini, pihak Ukraina belum melaporkan adanya korban jiwa akibat serangan drone tersebut. Namun, dalam 24 jam terakhir, gempuran Rusia menyebabkan tewasnya seorang warga sipil di wilayah Sumy, Ukraina timur laut, yang telah menjadi sasaran serangan berulang selama beberapa bulan.
Di wilayah Khmelnytsky, Ukraina bagian barat, otoritas setempat melaporkan kerusakan pada 18 rumah akibat serangan drone Rusia. Kepala wilayah Odesa juga melaporkan seorang anak laki-laki berusia 14 tahun mengalami luka-luka akibat serangan tersebut.
Baca Juga: Trump Bakal Hubungi Langsung Putin untuk Akhiri Perang Ukraina
Serangan drone terbaru ini menyusul serangan militer Rusia pada Minggu,25 Mei 2025 yang menewaskan sedikitnya 13 orang di Ukraina.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam keras serangan Rusia tersebut dan menyebut pemimpin Rusia Vladimir Putin sudah “benar-benar gila”.
“Saya selalu punya hubungan yang baik dengan Vladimir Putin, tetapi kini ada sesuatu yang salah dengannya. Dia benar-benar GILA!” tulis Trump dalam pernyataannya melalui media sosial Truth Social.
Baca Juga: Viral Eks Marinir TNI AL Kini Jadi Tentara Rusia untuk Perang di Ukraina
“Saya selalu bilang bahwa dia menginginkan SELURUH Ukraina, bukan hanya sebagian, dan mungkin itu memang benar. Namun jika dia melakukannya, hal itu akan menjadi awal kehancuran Rusia!” tegas Trump.
Komentar terbaru Trump ini menjadi kritik langka terhadap Putin, yang selama ini kerap dipuji oleh sang Presiden AS. Namun, belakangan Trump menunjukkan rasa frustrasi yang meningkat terkait posisi Rusia dalam negosiasi gencatan senjata yang belum menemukan titik temu dengan Ukraina.