Ntvnews.id, Iran - Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak setelah Israel melancarkan serangan udara ke ibu kota Iran, Tehran, pada Jumat dini hari, 13 Juni 2025. Serangkaian ledakan keras terdengar di berbagai penjuru kota, memicu kepanikan di kalangan warga sipil.
Seorang pejabat militer Israel, yang berbicara dengan syarat anonim, menyebutkan bahwa Angkatan Udara Israel menargetkan sejumlah situs nuklir dan militer Iran dalam operasi ini. Namun, rincian lokasi yang diserang tidak diungkapkan ke publik karena alasan keamanan.
Melansir dari AP News, di Israel sendiri, sirene serangan udara dibunyikan secara preventif untuk mengantisipasi kemungkinan serangan balasan dari Iran.
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara, terutama setelah perkembangan terbaru dalam program nuklir Iran. Pada Kamis, 12 Juni 2025, Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menegur Iran secara resmi karena dianggap tidak kooperatif terhadap tim inspeksi internasional.
Tak lama setelah teguran itu, pemerintah Iran mengumumkan akan membangun fasilitas pengayaan uranium ketiga dan mengganti sentrifugal lama dengan versi yang lebih canggih, langkah yang memperkuat kekhawatiran komunitas internasional.
Israel selama bertahun-tahun telah menyatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Iran mengembangkan senjata nuklir. Meski Iran bersikeras bahwa program nuklirnya bertujuan damai, beberapa pejabat tinggi di Teheran tak jarang mengisyaratkan potensi pengembangan senjata nuklir jika tekanan internasional terus meningkat.
Belum ada tanggapan resmi dari otoritas Iran terkait serangan ini. Namun, banyak pihak memperkirakan respons balasan dapat terjadi dalam waktu dekat, mengingat eskalasi militer ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan Iran.