Ntvnews.id, Jakarta - Ketegangan antara Iran dan Israel kembali memanas setelah Israel meluncurkan serangan besar pada Jumat, 13 Juni 2025, yang mengguncang ibu kota Iran, Teheran. Serangan tersebut menargetkan fasilitas militer dan nuklir Iran, serta menewaskan beberapa ilmuwan nuklir terkemuka dan komandan militer penting.
Ini merupakan babak terbaru dalam sejarah panjang permusuhan kedua negara yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Israel menyatakan serangan itu sebagai respons terhadap ancaman eksistensial dari program nuklir Iran yang terus berkembang pesat.
Berikut ini adalah garis waktu penting yang menggambarkan eskalasi konflik dan permusuhan antara kedua negara sejak awal hingga kini, yang sarat dengan ketegangan geopolitik, perang proksi, dan aksi sabotase saling balas, dilansir dari AP News, Senin, 16 Juni 2025.
Baca Juga: Trump Minta Israel Urungkan Rencana Bunuh Ayatollah Khamenei di Iran
Akar Sejarah Konflik
Tahun 1967, Iran menerima Reaktor Penelitian Teheran dari Amerika Serikat melalui program “Atoms for Peace”. Saat itu, hubungan Iran dengan Israel dan Barat relatif dekat.
Namun, situasi berubah drastis pada tahun 1979 saat Revolusi Islam menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi, yang dikenal sebagai sekutu Israel. Ayatollah Ruhollah Khomeini mengambil alih kekuasaan dan menjadikan Israel sebagai musuh utama.
Dalam waktu bersamaan, mahasiswa Iran menyandera pegawai Kedutaan Besar AS di Teheran, memicu krisis sandera selama 444 hari. Sejak saat itu, program nuklir Iran mulai ditekan oleh komunitas internasional, sementara ideologi anti-Israel mengakar dalam kebijakan luar negeri Iran.
Baca Juga:Pesawat Asal Bangkok Santai saat Lintasi Udara Iran di Tengah Peperangan dengan Israel
Kebangkitan Program Nuklir Iran dan Ketegangan Baru
Pada Agustus 2002, intelijen Barat dan kelompok oposisi Iran mengungkap fasilitas pengayaan uranium rahasia di Natanz. Hal ini memicu kekhawatiran global dan negosiasi nuklir dimulai. Pada Oktober 2003, Iran sempat menghentikan pengayaan uranium, tetapi pada 2006, setelah terpilihnya Presiden garis keras Mahmoud Ahmadinejad, Iran mengumumkan akan melanjutkan aktivitas nuklirnya.
Serangkaian insiden sabotase mulai terjadi. Pada tahun 2010, virus komputer Stuxnet, yang diyakini merupakan hasil kerja sama Amerika Serikat dan Israel, merusak ribuan sentrifugal Iran. Serangan ini menandai dimulainya era perang siber dalam konflik Iran-Israel.
Kesepakatan nuklir penting dicapai pada 14 Juli 2015 antara Iran dan kekuatan dunia, yang membatasi kemampuan pengayaan uranium Iran sebagai imbalan atas pencabutan sanksi. Namun pada 2018, Israel di bawah kepemimpinan Benjamin Netanyahu mengklaim memiliki bukti ribuan dokumen rahasia yang menunjukkan Iran menyembunyikan aktivitas nuklir masa lalunya.
Tak lama kemudian, Presiden AS Donald Trump menarik diri secara sepihak dari kesepakatan tersebut, membuat ketegangan kembali meningkat.
Baca Juga: Serangan Israel Hantam Gedung Kementerian Luar Negeri Iran, Korban Luka Dilarikan ke Rumah Sakit
Serangan Langsung dan Aksi Balas Dendam
Setelah runtuhnya kesepakatan nuklir, Israel diduga memperbanyak serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Pada Juli 2020, ledakan misterius menghancurkan pabrik sentrifugal di Natanz. Iran menuduh Israel sebagai pelaku.
Pada November 2020, ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh, dibunuh di dekat Teheran dengan senjata otomatis yang dikendalikan dari jarak jauh. Iran menuding Israel menggunakan “perangkat elektronik” dalam pembunuhan tersebut.
Serangan serupa terjadi pada April 2021 saat fasilitas Natanz mengalami pemadaman akibat serangan siber. Sepekan setelahnya, Iran mulai memperkaya uranium hingga 60 persen, mendekati tingkat senjata.
Iran bahkan menuduh Israel meracuni dua ilmuwannya pada Juni 2022. Tuduhan itu menambah daftar panjang dugaan sabotase terhadap program nuklir Iran.
Baca Juga: Walau Sukses Bombardir Israel, Ternyata Korban Tewas Lebih Banyak di Iran
Perang Proksi dan Eskalasi Terbuka
Ketegangan berubah menjadi konflik langsung melalui perang proksi di kawasan. Pada 7 Oktober 2023, militan Hamas menyerang Israel dan menewaskan 1.200 orang. Iran, yang diketahui mempersenjatai Hamas, memberikan dukungan terhadap serangan itu.
Sejak Februari 2024, Israel meningkatkan intensitas serangan terhadap kepentingan Iran, termasuk menyerang pipa gas dan Konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan dua jenderal Iran. Sebagai balasan, pada 14 April 2024, Iran meluncurkan lebih dari 300 rudal dan drone ke wilayah Israel. Sebagian besar berhasil dicegat oleh Israel dengan bantuan koalisi internasional yang dipimpin AS.
Konflik meningkat pada Juli dan September 2024, saat pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah dibunuh melalui serangan udara Israel. Nasrallah adalah tokoh penting Hezbollah, kelompok yang dibentuk oleh Garda Revolusi Iran pada 1982 untuk melawan pasukan Israel di Lebanon.
Serangan langsung Iran terhadap Israel kembali terjadi pada 1 Oktober 2024, meskipun sebagian besar rudal berhasil ditembak jatuh. Pada 26 Oktober 2024, Israel secara terbuka menyerang situs pertahanan udara dan fasilitas rudal Iran.
Pada 30 April 2025, Iran mengeksekusi seorang pria yang dituduh bekerja untuk Mossad dan terlibat dalam pembunuhan Kolonel Hassan Sayyad Khodaei dari Garda Revolusi di Teheran pada 2022.
Baca Juga: China Telepon Menlu Israel dan Iran, Ini yang Dibicarakan
Serangan Langsung Israel ke Teheran Jadi Puncak Ketegangan
Puncaknya terjadi pada 13 Juni 2025, ketika Israel meluncurkan serangan besar-besaran ke jantung militer dan nuklir Iran. Serangan itu melibatkan pesawat tempur dan drone yang sebelumnya telah diselundupkan ke dalam wilayah Iran, dan menewaskan sejumlah jenderal serta ilmuwan senior.
Serangan berlanjut keesokan harinya, 14 Juni 2025, dengan Israel menargetkan infrastruktur energi Iran. Iran pun membalas dengan rudal dan drone yang beberapa di antaranya berhasil menghantam sasaran di Israel.
Pada Minggu, 15 Juni 2025, serangan udara Israel berlanjut untuk hari ketiga berturut-turut. Beberapa rudal Iran berhasil menembus pertahanan udara Israel dan menghantam bangunan di tengah kota. Rencana pembicaraan nuklir antara Iran dan AS di Oman dibatalkan, menghapus kemungkinan jalur diplomatik dalam waktu dekat.
Konflik antara Iran dan Israel tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang permusuhan ideologis, geopolitik, dan persaingan pengaruh di Timur Tengah. Dari Revolusi Islam 1979 hingga era sabotase nuklir dan perang proksi, kedua negara terus terjebak dalam siklus balas dendam dan kekerasan. Serangan terbuka Israel ke Teheran pada Juni 2025 menunjukkan bahwa konflik ini telah bergerak dari perang bayangan ke konfrontasi langsung yang mengancam stabilitas regional dan global.