Ntvnews.id, Jakarta - Kelompok militan Syiah yang berbasis di Irak, Kataib Hizbollah, mengeluarkan ancaman keras terhadap Amerika Serikat jika negara tersebut memutuskan untuk turut campur dalam konflik bersenjata yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel.
Pemimpin kelompok tersebut, Abu Hussein al-Hamidawi, memperingatkan bahwa mereka akan menargetkan pangkalan-pangkalan militer AS di kawasan jika Washington menunjukkan dukungan aktif terhadap Tel Aviv.
“Sementara Iran dengan berani dan teguh menentang agresi Zionis, kami memantau dengan saksama pergerakan tentara musuh AS di wilayah tersebut,” ujar al-Hamidawi dalam pernyataan yang dikutip oleh kantor berita RIA Novosti, Senin, 16 Juni 2025.
“Jika AS campur tangan dalam perang, kami tidak akan ragu untuk bertindak langsung terhadap kepentingan dan pangkalan-pangkalannya yang tersebar di seluruh wilayah," tambahnya.
Baca Juga: Para Komandan Tewas Dibunuh Israel, Ini Sosok-sosok Pemimpin Militer Baru Iran
Dalam pernyataannya, al-Hamidawi juga mendesak pemerintah Irak untuk mengambil tindakan tegas guna mencegah eskalasi lebih lanjut. Ia meminta agar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Baghdad ditutup dan seluruh pasukan AS ditarik dari wilayah Irak.
Ia menyebut keberadaan militer Amerika sebagai sumber ketidakstabilan.
“Pasukan AS merupakan ancaman nyata bagi keamanan Irak dan stabilitas regional,” tegasnya.
Pernyataan keras dari Kataib Hezbollah ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan setelah Israel meluncurkan serangan besar-besaran terhadap Iran pada Jumat, 13 Juni 2025, dalam operasi militer yang dinamakan Rising Lion. Serangan tersebut menargetkan fasilitas militer dan lokasi-lokasi yang terkait dengan program nuklir Iran.
Baca Juga: Konflik Iran-Israel Memuncak, Ini Sejarah Panjang Permusuhan 2 Kekuatan Timur Tengah
Beberapa gelombang serangan udara Israel menghantam sejumlah wilayah di Iran, termasuk ibu kota Teheran. Serangan ini menewaskan sejumlah tokoh penting, di antaranya Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, beberapa komandan senior Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), serta ilmuwan nuklir ternama.
Sebagai respons atas serangan tersebut, Iran meluncurkan Operasi True Promise 3, dengan menyerang fasilitas-fasilitas militer di Israel sebagai bentuk pembalasan langsung.
Ketegangan yang terus meningkat ini menempatkan wilayah Timur Tengah dalam situasi yang semakin genting, dengan kemungkinan meluasnya konflik jika negara-negara besar mulai terlibat secara langsung.
(Sumber: Antara)