Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah Iran mengecam pernyataan dari seorang pejabat tinggi Uni Eropa (EU) yang menyerukan penghentian konflik antara Iran dan Israel, namun tidak mengutuk Israel sebagai pihak yang dianggap memicu ketegangan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyatakan bahwa setiap upaya untuk meredakan situasi tidak akan berhasil jika Israel, yang menurutnya bertanggung jawab atas agresi dan kejahatan perang, tidak dikecam secara tegas.
"Berhentilah menjadi pembela agresor," ujar Baqaei dalam pernyataan di platform X pada Selasa, 17 Juni 2025, sebagai tanggapan atas komentar Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Kaja Kallas.
Sebelumnya, Kallas menulis di media sosial yang sama bahwa para menteri luar negeri Uni Eropa “sepakat bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir” dan bahwa situasi yang semakin memanas di kawasan membutuhkan penanganan segera karena “sangat mendesak.”
Baca Juga: G7 Umumkan Dukung Israel dan Sebut Iran sebagai Biang Kerok di Timur Tengah
Menanggapi hal itu, Baqaei menegaskan bahwa program nuklir Iran sepenuhnya bersifat damai dan selalu berada di bawah pengawasan ketat dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Namun, ia mengkritik sikap Uni Eropa yang menurutnya mengabaikan fakta bahwa Israel memiliki senjata nuklir dan terus menghambat berbagai inisiatif perlucutan senjata di Timur Tengah.
"Bagaimana bisa Anda mengkhawatirkan program damai Iran yang diawasi IAEA, tetapi mengabaikan fakta bahwa rezim Israel memiliki persenjataan nuklir?" katanya.
"Iran tidak pernah berusaha membuat senjata nuklir. Justru rezim agresor itulah yang menjadi satu-satunya penghalang agar 'Timur Tengah bebas dari senjata nuklir' (yang telah diusulkan Iran sejak 1974)," lanjutnya.
Baca Juga: Sebut Iran Biang Kerok, G7: Israel Punya Hak untuk Membela Diri
Ia juga mempertanyakan seruan Uni Eropa untuk menurunkan ketegangan tanpa disertai kecaman terhadap tindakan Israel. "Bagaimana Anda bisa berkata soal '#de-eskalasi' tanpa mengutuk sang agresor dan mendesak mereka untuk menghentikan agresi & kejahatan perang mereka?!" kata Baqaei.
Israel diketahui telah meluncurkan serangan ke wilayah Iran pada 13 Juni lalu. Serangan tersebut menghantam berbagai fasilitas, menewaskan sejumlah warga sipil dan seorang pejabat militer senior Iran.
Pada Selasa, Baqaei juga mengunjungi sebuah rumah sakit di Teheran untuk bertemu dengan para korban luka dari serangan tersebut. Di sana, ia mengungkapkan bahwa mayoritas korban dalam beberapa hari terakhir adalah perempuan dan anak-anak.
"Semua ini adalah kejahatan perang dan harus dicatat," ujarnya. Ia menegaskan bahwa Israel, sekutu-sekutunya, serta siapa pun yang membenarkan agresi tersebut harus dimintai pertanggungjawaban.
Baca Juga: Trump Ogah Tanda Tangani Pernyataan KTT G7 Soal Perang Iran-Israel
Ia juga memaparkan bahwa sejak awal konflik, Israel telah menargetkan wilayah pemukiman, rumah sakit, dan infrastruktur sipil lainnya. Fasilitas yang menjadi sasaran antara lain Rumah Sakit Anak Loqman Hakim di Teheran, rumah sakit di Kermanshah, serta markas pemadam kebakaran di Ilam.
Lebih lanjut, Baqaei menekankan bahwa Israel telah melakukan agresi terhadap Iran tanpa provokasi yang jelas. Ia menyerukan agar PBB dan negara-negara lain turun tangan dengan cara memaksa Israel menghentikan tindakannya.
“Jika PBB dan negara-negara lain ingin membantu, mereka harus memaksa Israel untuk menghentikan kejahatannya. Itulah tuntutan bangsa Iran,” tegasnya.
(Sumber: Antara)