Ntvnews.id, Taheran - Iran menegaskan akan tetap melanjutkan aktivitas pengayaan uranium sesuai dengan ketentuan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), meskipun menghadapi serangan militer dari Israel dan Amerika Serikat.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Iran Urusan Politik, Majid Takht Ravanchi, pada Senin, 17 Juni 2025, sebagaimana dilaporkan kantor berita semi-resmi Tasnim.
“Tidak ada pihak yang berhak menentukan apa yang boleh dan tidak boleh kami lakukan, selama tindakan kami berada dalam koridor kewajiban yang ditetapkan dalam traktat tersebut,” ujar Ravanchi dalam wawancara dengan stasiun televisi Jerman, Das Erste.
Baca Juga: Konflik Iran-Israel Bisa Berimbas ke Timnas, Mantan Exco AFC Sarankan Ini ke PSSI
Sehari sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa militer AS telah menggempur fasilitas nuklir Iran yang terletak di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Serangan itu mencakup penggunaan enam bom penembus bunker yang dijatuhkan dari pesawat siluman B-2 ke Fordow, serta peluncuran puluhan rudal jelajah dari kapal selam ke dua fasilitas lainnya, Natanz dan Isfahan.
Baca Juga: Menlu Iran Tiba di Moskow, Siap Temui Putin Bahas Serangan AS ke Fasilitas Nuklir
Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran tersebut merupakan bagian dari eskalasi konflik terbaru dalam rangkaian operasi militer besar-besaran yang dilakukan Israel dengan dukungan Amerika Serikat sejak 13 Juni. Sebagai respons, Iran meluncurkan serangan rudal ke wilayah Israel.
Akibat konflik ini, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan sedikitnya 430 korban jiwa dan lebih dari 3.500 orang luka-luka akibat serangan Israel. Sementara itu, pihak Israel mencatat 25 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka akibat serangan balasan Iran.