Demonstrasi Antiperang Meluas di AS Setelah Serangan ke Iran

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 23 Jun 2025, 23:29
thumbnail-author
Devona Rahmadhanty
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Ilustrasi Fasilitas Nuklir Iran yang diserang oleh AS dan Israel Ilustrasi Fasilitas Nuklir Iran yang diserang oleh AS dan Israel (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Amerika Serikat diguncang gelombang unjuk rasa antiperang pada Minggu, 22 Juni 2025 waktu setempat sebagai respons atas serangan Negeri Paman Sam terhadap tiga fasilitas nuklir di Iran sehari sebelumnya. Aksi protes berlangsung di berbagai kota besar seperti New York City, Washington DC, hingga sejumlah titik lainnya di seluruh penjuru negeri.

Di jantung Times Square, sekitar 100 demonstran berkumpul sambil mengangkat spanduk bertuliskan “Hentikan Perang terhadap Iran” dan “Jangan Ganggu Iran”. Suasana serupa juga terlihat di depan Gedung Putih, tempat sekelompok warga menyuarakan penolakan mereka, sebagaimana terekam dalam sejumlah video yang ramai beredar di media sosial.

Gerakan unjuk rasa antiperang ini dijadwalkan berlangsung di lebih dari 15 kota di seluruh Amerika Serikat, menurut laporan dari situs resmi ANSWER Coalition—salah satu penyelenggara aksi. Dalam pernyataan tegas yang mereka unggah, koalisi itu mengecam keras serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran, yang dinilai sebagai tindakan sepihak tanpa dasar hukum

"Pengeboman tanpa alasan terhadap fasilitas nuklir Iran oleh (Presiden AS Donald) Trump jelas merupakan kejahatan perang. Hal tersebut melanggar Piagam PBB, hukum internasional, dan Konstitusi AS. Serangan itu beresiko memicu perang regional atau bahkan global dengan korban massal, radiasi nuklir, dan konsekuensi yang menghancurkan," tulisan yang diunggah dalam situs web tersebut.

"Kami menuntut serangan AS dan Israel terhadap Iran dan kedaulatannya segera dihentikan," dilansir dari web ANSWER Coalition. 

Menurut pernyataan dari koalisi penyelenggara aksi, rakyat Amerika Serikat sejatinya menginginkan anggaran dialihkan untuk kebutuhan vital seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur. Namun, di saat bersamaan, Presiden Trump dan para pendukung kebijakan militer justru mendorong konflik baru yang membahayakan stabilitas global. 

Baca juga: Trump Bilang 2 Pekan Mau Negosiasi, Faktanya Amerika Hari Ini Serang Iran

Mereka meluncurkan perang yang menumpahkan darah rakyat Iran, dan pada akhirnya juga mengancam nyawa warga Amerika sendiri dan satu-satunya pihak yang diuntungkan dari situasi ini adalah kompleks industri militer, sementara rakyat harus menanggung akibatnya.

"Presiden Trump mengambil keputusan penting yang berpotensi menimbulkan konsekuensi negatif tanpa persetujuan Kongres, meskipun hal tersebut akan memicu balasan serius dari Iran dan menempatkan tentara Amerika langsung dalam bahaya. Hal itu dilakukan bukan sebagai respons terhadap ancaman yang mendesak," ujar manajer organisasi National Iranian American Council, Etan Mabourakh. 

"Kami mendesak untuk menahan diri. Kami mendesak diplomasi. Diplomasi merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah. Bom tidak pernah membawa pembebasan," berdasarkan pernyataan Mabourakh dari Times Square.  

Gelombang unjuk rasa antiperang di Amerika Serikat diperkirakan belum akan mereda dalam waktu dekat. Menurut informasi dari situs web ANSWER Coalition, aksi-aksi serupa masih akan berlangsung di berbagai kota, dengan puncaknya berupa unjuk rasa nasional yang dijadwalkan digelar di Washington DC pada 28 Juni mendatang.

Baca juga: Warga Ramai-ramai Unjuk Rasa Desak Pemerintah AS Tak Terlibat di Perang Iran-Israel

(Sumber: Antara) 

x|close