Ntvnews.id, Beijing - Pemerintah China menyatakan bahwa pihaknya terus mengawasi pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel.
"China mencermati perkembangan di Timur Tengah. Kami tidak ingin melihat meningkatnya ketegangan, dan berharap gencatan senjata dapat terwujud sedini mungkin," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Guo Jiakun saat konferensi pers di Beijing, dikutip dari Xinhua, Rabu, 25 Juni 2025.
Gencatan senjata antara Iran dan Israel mulai diberlakukan pada Selasa, 24 Juni 2025 pukul 04.00 GMT atau pukul 11.00 WIB.
Guo Jiakun menekankan bahwa penyelesaian militer tidak akan menghadirkan perdamaian yang sejati, dan bahwa jalur terbaik untuk mengatasi konflik adalah melalui dialog serta negosiasi.
Baca Juga: Trump Peringatkan Israel untuk Tidak Serang Iran, Sebut Kedua Pihak Langgar Gencatan Senjata
"China menyerukan kepada pihak-pihak terkait untuk kembali ke jalur penyelesaian politik yang benar sedini mungkin. Kami siap bekerja sama dengan komunitas internasional dan berupaya untuk perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah," sambung Guo Jiakun.
Media di Iran mengonfirmasi dimulainya gencatan senjata setelah mereka melakukan "tembakan salvo terakhir" dengan rudal. Sebelumnya, militer Israel menyatakan bahwa Iran telah meluncurkan 11 rudal dalam enam gelombang berturut-turut.
Serangan tersebut mengakibatkan sedikitnya enam orang meninggal dunia dan 15 lainnya mengalami luka akibat hantaman roket ke area permukiman di Beersheba, Israel bagian selatan.
Pihak berwenang Israel melaporkan bahwa setidaknya 25 orang telah tewas dan ratusan lainnya terluka sejak Iran memulai serangan rudalnya pada Jumat, 13 Juni 2025. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan bahwa lebih dari 430 warga mereka tewas dan lebih dari 3.500 lainnya terluka akibat serangan udara Israel.
Baca Juga: Iran Bantah Gencatan Senjata dengan Israel yang Diklaim Amerika Serikat
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya telah menyampaikan bahwa gencatan senjata antara kedua negara akan diberlakukan mulai pukul 04.00 GMT (11.00 WIB), dengan harapan bahwa Iran akan menghentikan serangannya terlebih dahulu demi mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama 12 hari.
Namun, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menegaskan bahwa belum ada "kesepakatan" resmi terkait gencatan senjata antara Teheran dan Tel Aviv. Meski begitu, ia mengatakan Iran bersedia menghentikan serangan lanjutan jika Israel terlebih dahulu menghentikan agresinya pada pukul 04.00 waktu Teheran (07.30 WIB).
"Jika Israel menghentikan agresi ilegalnya terhadap rakyat Iran selambat-lambatnya pukul 04.00, Iran tidak berniat untuk melanjutkan serangan balasannya setelah itu," tulis Araqchi melalui akun resminya di platform media sosial X, seraya menambahkan bahwa "keputusan akhir mengenai penghentian operasi militer kami akan dibuat nanti."
Gencatan senjata ini diumumkan menyusul serangan rudal yang dilakukan Iran ke Pangkalan Militer AS Al Udeid di Qatar pada Senin, 23 Juni 2025, sebagai balasan atas pemboman fasilitas nuklir Iran oleh Amerika Serikat pada akhir pekan lalu.
Kementerian Pertahanan Qatar menyampaikan bahwa sistem pertahanan udara mereka berhasil mencegat rudal Iran tersebut dan memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.