Mengembangkan Geowisata Gunung Padang: Sinergi Konservasi dan Kewirausahaan Komunitas

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 1 Jul 2025, 07:00
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
 Universitas Bakrie melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “Pengembangan Geowisata di Cianjur: Pelatihan dan Pendampingan Desa Wisata Berbasis Konservasi dan Kewirausahaan.” Universitas Bakrie melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “Pengembangan Geowisata di Cianjur: Pelatihan dan Pendampingan Desa Wisata Berbasis Konservasi dan Kewirausahaan.” (Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bukan hanya saksi bisu peradaban megalitik, tetapi juga menjadi perhatian dunia arkeologi sebagai salah satu formasi batuan terbesar di Asia Tenggara.

Sayangnya, peningkatan jumlah wisatawan tidak selalu dibarengi dengan peningkatan kualitas pengelolaan. Kawasan ini kerap terjebak dalam pola mass tourism yang mengutamakan jumlah kunjungan, tanpa mempertimbangkan keberlanjutan, konservasi, dan partisipasi komunitas lokal.

Sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap pengembangan kawasan ini, Universitas Bakrie melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “Pengembangan Geowisata di Cianjur: Pelatihan dan Pendampingan Desa Wisata Berbasis Konservasi dan Kewirausahaan.” Kegiatan ini menyasar generasi muda dan anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di sekitar situs sebagai peserta utama.

Potensi Lokal, Tantangan Global

Permasalahan utama di Gunung Padang bukan pada kurangnya potensi, tetapi lemahnya pemberdayaan masyarakat sekitar. Para pemuda belum sepenuhnya terlibat aktif dalam upaya pelestarian maupun pengembangan ekonomi berbasis wisata. Padahal, keterlibatan mereka sangat krusial untuk menciptakan model pengelolaan destinasi yang inklusif dan berkelanjutan.

Baca Juga: PT GAG Diizinkan Tetap Lanjutkan Operasi karena Berada di Luar Kawasan Geopark

Berangkat dari temuan lapangan pada survei pendahuluan April 2025, tim Universitas Bakrie mengidentifikasi perlunya peningkatan kapasitas dalam bidang kewirausahaan, komunikasi digital, serta pemahaman dasar tentang konservasi dan geowisata. Maka, digelar pelatihan intensif pada 27–28 Juni 2025, yang kemudian dilanjutkan dengan pendampingan lapangan.

Dari Pelatihan Menuju Aksi

Pelatihan ini diikuti oleh 15 anggota aktif Pokdarwis yang berperan langsung dalam pengelolaan destinasi. Mereka dibekali dengan materi seperti pengenalan geowisata, konservasi kawasan, kewirausahaan berbasis potensi lokal, serta strategi promosi digital menggunakan media sosial dan storytelling destinasi.

Lebih dari sekadar teori, para peserta dilibatkan dalam praktik lapangan seperti simulasi kepemanduan geotrail, pembuatan konten promosi, serta diskusi untuk mengembangkan ide usaha mikro berbasis wisata edukatif. Kegiatan ini juga menghasilkan peta kebutuhan pelatihan serta rekomendasi untuk penguatan kelembagaan wisata lokal.

Kewirausahaan sebagai Strategi Konservasi

Salah satu pendekatan utama yang digunakan adalah penguatan kewirausahaan komunitas. Pelestarian tidak dapat dilepaskan dari kesejahteraan masyarakat lokal. Jika komunitas mendapatkan manfaat ekonomi dari situs, maka mereka akan terdorong untuk melestarikannya. Dengan demikian, konservasi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan sekadar himbauan.

Dalam konteks ini, kewirausahaan tidak hanya berarti membuka toko oleh-oleh atau warung makan, tetapi juga merancang paket wisata edukatif, membuat produk kreatif berbasis budaya, atau mengelola media promosi destinasi. Semua ini membuka ruang ekonomi baru bagi masyarakat—khususnya pemuda—tanpa mengeksploitasi situs secara berlebihan.

Kolaborasi: Kunci Keberlanjutan

Program ini merupakan contoh kolaborasi antara perguruan tinggi dan komunitas lokal dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 11 tentang kota dan komunitas yang berkelanjutan. Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti Pokdarwis, pemandu geowisata, dan pelajar lokal, program ini menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama, bukan sekadar objek kegiatan.

Baca Juga: Indahnya Geopark Gunung Sewu, Bentang Alam Khas Tropis Indonesia yang Diakui UNESCO

Lebih dari itu, Universitas Bakrie menegaskan komitmennya dalam mendorong model pendidikan tinggi yang aplikatif dan berpihak pada masyarakat. Program pelatihan ini juga terintegrasi dalam proses pembelajaran mahasiswa melalui pendekatan project-based learning, sehingga turut memperkaya pengalaman akademik mereka.

Harapan dan Langkah Lanjut

Kegiatan ini bukan titik akhir, tetapi awal dari proses pendampingan jangka panjang. Salah satu hasil penting dari program ini adalah terbentuknya jejaring antara universitas dan komunitas lokal, yang dapat menjadi fondasi untuk kerja sama berkelanjutan di masa depan. Misalnya, dalam pengembangan kurikulum lokal, promosi digital bersama, atau dukungan kelembagaan bagi usaha-usaha kecil.

Dengan pendekatan berbasis komunitas dan pemberdayaan, harapannya Gunung Padang dapat berkembang sebagai destinasi geowisata yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga kuat secara sosial, budaya, dan ekonomi. Konservasi bukan lagi tugas berat yang dibebankan dari luar, melainkan menjadi bagian dari semangat dan identitas masyarakat itu sendiri.

x|close