BMKG: NTT dan NTB Alami Kekeringan Terpanjang Selama Musim Kemarau 2025

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 14 Agu 2025, 17:39
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Petugas BMKG memaparkan prediksi curah hujan kumulatif dasarian pertama Agustus 2025. Petugas BMKG memaparkan prediksi curah hujan kumulatif dasarian pertama Agustus 2025. (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa pada musim kemarau tahun 2025, sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami hari tanpa hujan dalam durasi yang sangat panjang. Di NTT, periode tanpa hujan tercatat mencapai hingga 94 hari, sedangkan di NTB mencapai 77 hari.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, dalam keterangan yang disampaikan di Jakarta pada hari Kamis, menyebutkan bahwa beberapa daerah di NTT mengalami kekeringan berkepanjangan dengan rentang hari tanpa hujan antara 94 hingga 66 hari.

Wilayah-wilayah tersebut meliputi Kabupaten Rote Ndao (Pantai Baru, Rote Timur, Rote Tengah), Kota Kupang (Maulafa), Kabupaten Kupang (Amfoang Selatan), Kabupaten Belu (Atambua, Tasifeto Timur), Kabupaten Sumba Timur (Haharu, Pandawai, Kambers), dan Kabupaten Sabu Raijua (Sabu Barat).

Sedangkan di wilayah NTB, kekurangan curah hujan selama 77 hingga 75 hari terakhir teridentifikasi di Kabupaten Sumbawa, khususnya Kecamatan Lape dan Rhee, serta di Kabupaten Bima, tepatnya di Kecamatan Wera.

“Data ini berasal dari monitoring hari tanpa hujan di 4.555 pos pengamatan hujan di seluruh Indonesia,” kata Ardhasena.

Secara umum, BMKG menyampaikan bahwa sekitar 57 persen Zona Musim (ZOM) di seluruh wilayah Indonesia telah memasuki fase musim kemarau.

Hasil pemantauan yang dilakukan oleh tim klimatologi BMKG per 10 Agustus menunjukkan sebaran tingkat kekeringan berdasarkan kategori hari tanpa hujan: 16 lokasi (0,35 persen) berada dalam kategori ekstrem panjang, 239 lokasi (5,35 persen) sangat panjang, 91 lokasi (2,0 persen) panjang, 159 lokasi (3,49 persen) menengah, 431 lokasi (9,46 persen) pendek, dan 1.764 lokasi (38,73 persen) masuk kategori sangat pendek.

Melihat situasi tersebut, BMKG mengimbau pihak-pihak yang bergerak di sektor pertanian serta pengelolaan sumber daya air agar waspada dan mengambil langkah-langkah antisipatif terhadap risiko kekeringan yang berkepanjangan, termasuk kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah-wilayah rawan kekeringan.

BMKG juga memastikan akan terus memberikan pembaruan informasi terkait perkembangan musim kemarau hingga memasuki masa peralihan menuju musim hujan, yang diperkirakan akan dimulai pada bulan September. Informasi tersebut akan disampaikan melalui portal resmi, media sosial, dan sistem peringatan dini milik BMKG.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan, pemerintah kabupaten/kota bersama dinas teknis terkait diharapkan dapat mengintegrasikan berbagai informasi dari BMKG — seperti prakiraan dasarian, potensi banjir, hari tanpa hujan, serta peringatan dini cuaca dan iklim — ke dalam perencanaan operasional lintas sektor untuk meminimalkan dampak yang dirasakan oleh masyarakat.

(Sumber: Antara)

x|close