Ntvnews.id, Tel Aviv - Israel saat ini sedang mempelajari tanggapan Hamas terhadap proposal gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang diajukan oleh mediator Mesir serta Qatar, demikian dilaporkan media Israel.
Dilansir dari Channel 12 Israel, Selasa, 19 Agustus 2025, Hamas menyetujui usulan itu dengan tujuan mencegah pasukan Israel memasuki Kota Gaza. Sehari sebelumnya, Kepala Staf Israel Eyal Zamir telah menyetujui rencana untuk menduduki kota tersebut di tengah tekanan politik dan militer agar Israel menguasai kembali seluruh Jalur Gaza.
Namun, hingga kini belum ada kepastian apakah Israel akan menerima kesepakatan tersebut. Sumber diplomatik menyebutkan bahwa jawaban Hamas “98 persen sesuai” dengan proposal yang diajukan utusan Amerika Serikat, Steve Witkoff, yang sebelumnya telah disetujui Israel.
Meski demikian, sumber politik Israel menegaskan sikap resmi Israel tetap sama, yakni menuntut pembebasan semua sandera serta perlucutan senjata Hamas sebelum perang benar-benar diakhiri.
Baca Juga: Israel Panik, Cari Pemuda Yahudi untuk Direkrut Jadi Tentara
Media setempat melaporkan bahwa Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer baru-baru ini melakukan pembicaraan dengan Witkoff dan mediator Qatar mengenai tanggapan Hamas. Diskusi itu dikatakan mempersempit perbedaan antara kedua pihak.
Sementara itu, KAN melaporkan bahwa proposal Mesir-Qatar hampir sama dengan rencana Witkoff, termasuk pembebasan 10 sandera hidup dan 18 jenazah dengan imbalan gencatan senjata 60 hari serta dimulainya perundingan damai.
Hamas, di sisi lain, pada Senin pagi mengumumkan menerima tawaran mediator Mesir dan Qatar, meski tidak mengungkap detailnya. Media Mesir menyebutkan usulan itu mencakup penarikan pasukan Israel ke perbatasan guna mempermudah masuknya bantuan kemanusiaan dan penghentian operasi militer selama dua bulan. Rencana tersebut juga mencakup pertukaran tahanan Palestina dengan sandera Israel.
Baca Juga: Rusia Kecam Rencana Israel yang Ingin Caplok Gaza
Menurut laporan Al-Qahera TV, kesepakatan itu termasuk pembebasan 10 sandera Israel yang masih hidup dan pemulangan 18 jenazah dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina, meski jumlah pasti belum diumumkan. Israel memperkirakan sekitar 50 sandera masih ditahan di Gaza, termasuk sekitar 20 yang diyakini masih hidup.
Di sisi lain, lebih dari 10.800 warga Palestina ditahan di penjara-penjara Israel dalam kondisi buruk, dengan laporan adanya tahanan yang meninggal akibat penyiksaan, kelaparan, dan kelalaian medis.
Sejak invasi Oktober 2023, lebih dari 62.000 warga Palestina tewas akibat operasi militer Israel di Gaza. Serangan berkepanjangan itu menghancurkan infrastruktur utama dan mendorong jutaan orang ke ambang kelaparan.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain itu, Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militernya di Gaza.