Ntvnews.id, Jakarta - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menegaskan bahwa insiden mikrofon Presiden RI Prabowo Subianto mati saat berpidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) bukan karena masalah teknis, melainkan aturan prosedural mengenai batas waktu pidato.
Peristiwa ini terjadi ketika Presiden Prabowo menyampaikan pidatonya di hadapan pertemuan tingkat tinggi PBB terkait isu Palestina dan solusi dua negara di Markas PBB, New York, pada Senin, 22 September 2025 waktu setempat. Mikrofon yang digunakan tiba-tiba terputus setelah Presiden Prabowo menyampaikan kalimat “Kami bersedia menyediakan pasukan perdamaian.”
Menanggapi hal ini, Direktur Informasi dan Media Kemlu RI, Hartyo Harkomoyo, menjelaskan bahwa waktu Prabowo untuk berbicara sudah selesai.
“Terdapat aturan prosedur bahwa setiap negara mendapat kesempatan 5 menit. Apabila pidato lebih dari 5 menit maka mikrofon akan dimatikan,” ujarnya.
Baca Juga: Prabowo: Israel Akui Palestina, Indonesia Akui Israel
Presiden Prabowo Subianto memberikan standing ovation kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Antara)
Hartyo menambahkan bahwa setiap pertemuan PBB memiliki aturan yang jelas, termasuk alokasi waktu bagi setiap delegasi untuk menyampaikan pandangan mereka. Karena pidato Presiden Prabowo melebihi batas waktu yang ditentukan, suara beliau otomatis terputus dan tidak muncul dalam siaran langsung SMU PBB yang dipantau masyarakat internasional.
Meski demikian, Hartyo memastikan bahwa pidato Presiden tetap terdengar oleh para delegasi yang hadir di aula sidang.
“Meski mikrofon dimatikan, pidato Presiden Prabowo masih jelas terdengar oleh para delegasi di Aula Sidang Majelis Umum.”
Perlu dicatat, Presiden Prabowo menyampaikan pidatonya urutan kelima. Insiden serupa juga dialami Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang mikrofon pidatonya mati saat berpidato urutan kedua. Direktorat Komunikasi Turki menegaskan bahwa alasan pemutusan mikrofon sama, yaitu melampaui batas waktu lima menit.
Menurut laporan kantor berita Anadolu, Presiden Erdogan sempat berhenti beberapa kali karena mendapat sambutan tepuk tangan dari hadirin, sehingga pidatonya melebihi batas waktu yang ditentukan.
Sidang tingkat tinggi PBB soal Palestina, yang dipimpin Prancis dan Arab Saudi, diikuti oleh 33 pemimpin delegasi dari negara maupun kelompok negara seperti Uni Eropa dan Liga Arab. Mereka menyampaikan pandangan masing-masing mengenai penyelesaian masalah Palestina dan implementasi solusi dua negara. (Sumber: Antara)