Utang Whoosh Capai Rp120 Triliun, Setara Bangun 5 Menara Burj Khalifa

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 24 Okt 2025, 09:32
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Kereta Cepat Whoosh/Antara Kereta Cepat Whoosh/Antara

Ntvnews.id, Jakarta - Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau yang dikenal dengan nama Whoosh, sejak awal digadang-gadang sebagai simbol kemajuan infrastruktur Indonesia.

Namun di balik kecepatan 350 km/jam yang dibanggakan itu, tersimpan “beban” utang jangka panjang senilai Rp120 triliun, jumlah yang setara dengan biaya membangun lima menara Burj Khalifa di Dubai.

Awalnya, proyek ini diperkirakan menelan biaya sekitar Rp80 triliun. Namun, seiring perjalanan waktu, biayanya melonjak hingga Rp120 triliun. Pembengkakan ini disebut dipicu oleh sejumlah faktor, mulai dari pembebasan lahan yang kompleks, perubahan desain di tengah jalan, hingga biaya operasional dan perawatan yang sangat tinggi.

Dari total pembiayaan tersebut, sekitar 75% dananya berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) dengan bunga 3,3% per tahun. Artinya, Indonesia harus mencicil utang itu selama 40–45 tahun ke depan.

Baca Juga: Soal Utang Whoosh, AHY: Hadapi Tantangan Serius, Harus Kita Carikan Solusinya

Besaran utang yang membengkak tersebut membuat semakin pelik ketika keluar pernyataan dari Luhut Binsar Pandjaitan. Ketika itu, Luhut menjabat sebagai Ketua Komite Proyek KCJB, baru-baru ini, ia sempat memantik sorotan publik.

“Dari awal saya ngerjain proyek itu, saya nerima WHOOSH sebagai barang busuk,” ujarnya.

Ucapan tersebut membuat banyak pihak curiga adanya kejanggalan dalam proyek prestisius ini dan mendorong seruan agar KPK turun tangan mengusut dugaan korupsi. Akibat dari pernyataan tersebut membuat publik semakin bertanya-tanya.

Salah satu hal yang disorot adalah keputusan memilih pinjaman dari China, meski sebelumnya Jepang sempat menawarkan bunga jauh lebih rendah, hanya 0,1%. Pinjaman dari CDB justru 20 kali lipat lebih mahal.

Selain itu, proyek yang semula dijanjikan tidak akan menggunakan dana APBN, pada akhirnya tetap mendapat sokongan dari keuangan negara.

Biaya pembangunannya pun tergolong sangat mahal mencapai US$52 juta per kilometer, atau hampir tiga kali lipat dari proyek serupa di China yang hanya menelan biaya US$17–30 juta/km.

Baca Juga: Dubes China: Proyek Whoosh Berskala Besar, Restrukturisasi Utang Dinilai Langkah Wajar

Bom Waktu Utang Kereta Cepat

Dua tahun beroperasi, Whoosh justru mencatat rugi Rp4,1 triliun per tahun dan angka itu belum termasuk bunga serta cicilan pokok pinjaman.

Menurut laporan terkini, pendapatan Whoosh sekitar Rp3 miliar per hari, atau sekitar Rp1,1 triliun per tahun. Namun, dengan bunga pinjaman mencapai Rp3,3 triliun per tahun, pendapatan tersebut bahkan belum cukup untuk menutupi bunga utang.

“Siapa yang harus bertanggung jawab atas kekacauan ini?” ujar Ubedilah Badrun, analis sosial politik dari UNJ, menyoroti beban finansial besar yang kini membayangi proyek tersebut.

Apa yang Bisa Dihasilkan dengan Rp120 Triliun?

Besarnya biaya proyek Whoosh membuat publik mulai membandingkan: dengan Rp120 triliun, Indonesia sebenarnya bisa membangun:

  • 5 Menara Burj Khalifa (Rp21 triliun per menara),
  • 22 Menara Eiffel, atau
  • 1 Marina Bay Sands (Rp92,8 triliun),

Dengan dana sebesar itu, Indonesia bisa memperluas akses internet hingga pelosok agar tak ada lagi blank spot, membangun lebih banyak fasilitas kesehatan di daerah terpencil, serta merenovasi lebih dari 100 ribu sekolah rusak agar anak-anak bisa belajar dengan layak.

x|close